Jakarta, Mei 2025 — Dalam beberapa tahun terakhir, tren thrift shop atau jual beli barang bekas mengalami lonjakan popularitas yang luar biasa di Indonesia. Dari gang-gang kecil di kota tua hingga etalase digital di marketplace besar, barang bekas yang dulu dianggap tak berharga kini berubah menjadi komoditas dengan nilai ekonomi, budaya, dan bahkan estetika yang tinggi.
Awal Mula Bangkitnya Thrift Shop di Indonesia
Fenomena thrifting bukanlah hal baru di dunia. Di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jepang, toko barang bekas telah menjadi bagian dari gaya hidup berkelanjutan selama puluhan tahun. Namun di Indonesia, perkembangan masifnya mulai terasa sejak pandemi COVID-19 yang memaksa banyak orang untuk lebih hemat dan kreatif dalam memenuhi kebutuhan fashion dan rumah tangga.
Kombinasi antara kesadaran akan gaya hidup ramah lingkungan, naiknya harga barang baru, dan meluasnya platform digital menjadi pendorong utama perkembangan bisnis thrift shop di tanah air.
Motif Konsumen: Dari Gaya Hidup Hingga Ideologi
Berbeda dengan kesan “miskin” yang dulu melekat pada barang bekas, saat ini generasi muda melihatnya sebagai pilihan gaya hidup. Thrift shop menjelma jadi ajang eksplorasi fashion unik, ekspresi diri, hingga bentuk kritik terhadap budaya konsumtif. Ada kepuasan tersendiri ketika menemukan jaket vintage tahun 90-an dengan harga seperempat dari produk fast fashion.
Tak sedikit pula konsumen yang termotivasi secara ideologis: membeli barang bekas dianggap sebagai kontribusi untuk mengurangi limbah tekstil global. Bagi mereka, thrifting adalah pernyataan politik dan keberlanjutan.
Ekonomi Thrifting: Modal Kecil, Potensi Besar
Salah satu daya tarik terbesar dari bisnis barang bekas adalah kebutuhan modal yang relatif rendah. Dengan dana mulai dari Rp500.000, seseorang sudah bisa memulai usaha thrift kecil-kecilan melalui media sosial atau e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Instagram.

Barang-barang thrift bisa berasal dari berbagai sumber:
- Pasar loak lokal
- Pelelangan barang ekspor-impor
- Donasi dari komunitas
- Import preloved dari negara lain (yang sayangnya terkadang menabrak regulasi)
Keuntungan yang didapat bisa mencapai 50% hingga 300% tergantung kondisi barang dan kreativitas pemasaran.
Tantangan yang Perlu Diantisipasi
Meski terlihat mudah, bisnis thrift shop juga menyimpan tantangan tersendiri:
1. Stigma Barang Bekas
Meskipun sudah mulai bergeser, sebagian masyarakat Indonesia masih memandang barang bekas dengan sebelah mata. Butuh edukasi pasar agar konsumen lebih terbuka terhadap konsep reuse dan vintage.
2. Kualitas dan Sanitasi Barang
Pelaku usaha harus ekstra hati-hati dalam memilih barang, mencucinya secara menyeluruh, bahkan melakukan reparasi kecil sebelum dijual ulang. Produk dengan noda atau bau menyengat bisa menurunkan reputasi toko.
3. Regulasi dan Impor Barang Bekas
Pemerintah Indonesia melarang impor barang bekas yang tidak melalui prosedur resmi. Banyak thrift shop yang mengambil barang dari luar negeri secara tidak legal, sehingga berpotensi terkena razia bea cukai.
4. Persaingan Ketat
Karena entry barrier-nya rendah, banyak pemain baru bermunculan. Untuk menonjol, dibutuhkan diferensiasi yang jelas, baik dari sisi kurasi barang, konsep visual, hingga narasi brand.
Strategi Sukses Menjalankan Thrift Shop
Bagi pelaku usaha yang ingin serius menekuni dunia jual beli barang bekas, berikut beberapa strategi yang terbukti efektif:
Kurasi yang Kuat
Tidak semua barang bekas layak jual. Konsumen menyukai item unik, langka, atau punya cerita. Misalnya: jaket denim 80-an, gaun motif retro, atau tas vintage brand Eropa.
Branding dan Storytelling
Bangun narasi merek yang autentik. Nama toko, logo, caption produk hingga kemasan bisa menyampaikan pesan bahwa thrift adalah gaya hidup modern, sadar lingkungan, dan bermakna.
Kolaborasi dengan Influencer
Kolaborasi dengan fashion influencer atau content creator thrift bisa memberikan efek word-of-mouth luar biasa. Mereka biasanya punya komunitas loyal yang percaya pada rekomendasi mereka.
Gunakan Platform Digital Secara Maksimal
Toko offline bisa jadi etalase yang menarik, tapi kekuatan utama thrift shop kini justru ada di digital. Marketplace, Instagram Reels, TikTok Shop hingga live shopping jadi senjata utama penjualan.
Layani dengan Profesionalisme
Walau berjualan barang bekas, pelayanan tidak boleh asal-asalan. Foto harus estetik, deskripsi jelas, sistem retur transparan, dan kemasan rapi. Semua ini menciptakan pengalaman belanja yang menyenangkan.
Cara Jualan Barang Thrift di TikTok Shop
TikTok Shop kini menjadi ladang subur bagi pelaku usaha thrift yang ingin menjangkau pasar lebih luas dengan cara kreatif dan real-time. Berikut adalah beberapa langkah efektif untuk mulai berjualan barang bekas melalui TikTok Shop:

1. Buat Akun Bisnis dan Daftar TikTok Shop
Langkah pertama tentu mendaftarkan diri sebagai seller di TikTok Shop melalui seller.tiktok.com. Gunakan identitas usaha yang kredibel dan siapkan dokumen legal bila perlu.
2. Buat Konten Menarik: Before-After, Try-On, dan Cerita Unik
Barang bekas sering punya “cerita” yang menarik. Sajikan konten seperti before-after hasil restorasi jaket kulit, try-on haul dengan mix and match, atau edukasi tentang manfaat reuse. Video pendek dengan storytelling visual akan lebih menarik perhatian.
3. Manfaatkan Fitur Live Shopping
Live adalah fitur paling powerful di TikTok Shop. Anda bisa menjelaskan detail kondisi barang, menampilkan stok secara langsung, dan berinteraksi dengan pembeli secara real-time. Live juga memberikan kesan eksklusif dan kepercayaan tinggi.
4. Optimalkan Hashtag dan Deskripsi
Gunakan hashtag seperti #thriftshopindo, #prelovedmurah, #vintagestyle, atau #thriftjakarta agar konten lebih mudah ditemukan. Deskripsi barang juga harus informatif: ukuran, kondisi, merek, dan kisah unik jika ada.
5. Respon Cepat dan Bangun Komunitas
Balas komentar, DM, dan pertanyaan dengan cepat. Semakin aktif interaksinya, semakin besar kemungkinan konten Anda di-boost oleh algoritma TikTok.
TikTok bukan hanya tempat jualan, tapi juga membangun komunitas pencinta thrift yang loyal.
Thrifting sebagai Solusi Ekologis dan Sosial
Tak hanya menguntungkan secara finansial, thrift shop juga memiliki dampak positif yang lebih luas. Dalam konteks lingkungan, ia berperan dalam memperpanjang usia pakai produk dan mengurangi limbah tekstil. Industri fashion merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar dunia—dan thrifting adalah salah satu solusi nyata.
Di sisi sosial, banyak komunitas yang memanfaatkan penjualan barang bekas untuk kegiatan amal, seperti menggalang dana untuk bencana, membantu anak yatim, atau mendukung UMKM lokal.
Kisah Nyata: Dari Gudang Kosong ke Omzet Puluhan Juta
Salah satu kisah sukses datang dari Rizky (29), pemilik akun Instagram @lemaribekasjkt. Ia memulai bisnisnya dari gudang kecil di rumah orang tua dengan modal Rp1 juta. Kini, omzet bulanannya tembus Rp60 juta dengan pelanggan dari seluruh Indonesia.
“Awalnya cuma coba-coba jualin jaket second dari Pasar Senen. Ternyata peminatnya banyak. Saya mulai belajar fotografi produk, bikin konsep estetik, sampai sekarang bisa punya tim sendiri,” ungkapnya.
Kunci sukses Rizky ada pada konsistensi branding, kualitas produk yang dirawat, dan engagement aktif dengan komunitas pembeli.
Masa Depan Bisnis Thrift Shop di Indonesia
Dengan terus meningkatnya kesadaran lingkungan dan konsumsi sadar (mindful consumption), prospek bisnis jual beli barang bekas di Indonesia terlihat cerah. Perpaduan antara gaya hidup, ekonomi digital, dan semangat kewirausahaan menjadikan thrift shop bukan hanya tren sesaat, melainkan bagian dari ekosistem ekonomi kreatif yang lebih berkelanjutan.
Kehadiran regulasi yang lebih adil, edukasi masyarakat, serta dukungan platform digital bisa mendorong pertumbuhan yang lebih sehat dan terstruktur di masa depan.
Bukan Sekadar Barang Bekas
Thrift shop adalah cermin dari perubahan zaman: ketika konsumen mulai lebih bijak, ketika generasi muda memilih membeli dengan makna, dan ketika sisa menjadi sumber daya baru. Bagi pelaku wirausaha, inilah peluang emas yang tak boleh disia-siakan.
Barang bekas bukanlah sisa yang tak bernilai. Dalam tangan yang tepat, ia bisa menjadi karya, bisnis, bahkan jalan hidup baru.