Berinvestasi di pasar saham jauh berbeda dengan investasi di sektor lain seperti property, emas dan lainnya. Dalam trading saham kita harus tau cara mengetahui harga saham murah atau mahal sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham tertentu.
Ukuran mahal atau murah bukan dilihat dari nilai rupiah per lembarnya. Misalnya saja, jika saham PT. Astra International Tbk dengan kode
ASII seharga Rp6.500 per lembar, sedangkan saham PT. Perusahaan Gas Negara hanya Rp1.700 per lembar, maka kita tidak bisa langsung bilang kalau saham
PGAS lebih murah dari ASII.
Dalam menilai murah tidaknya suatu saham maka yang dinilai adalah nilai buku dari perusahaannya atau pun dari persentase pendapatan per lembar sahamnya.
Adapun untuk mengetahui berapa nilai buku yang sebenarnya dari suatu saham maka seorang investor harus merujuk pada data yang valid, yakni dari laporan keuangan langsung perusahaan yang bersangkutan.
Sedang untuk mendapatkan laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan terbuka yang telah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka caranya dengan mendownload langsung di situs resmi BEI, yaitu
idx.co.id
Dari situs IDX itulah semua emiten yang tercatat (kurang lebih 500 emiten) bisa didownload dengan bebas laporan keuangan tahunan maupun per kuartal-nya.
Yang sering terjadi di pasar saham dimana orang yang masih pemula sering kali tidak mau tau soal valuasi saham, yang penting kelihatan harganya rendah sudah langsung diputuskan untuk dibeli.
Dan terkadang juga banyak yang sudah lama bergelut di dunia ini tapi tetap saja punya pemikiran yang keliru seperti itu. Alasannya kebanyakan karena malas menganalisa.
Kalau anda membeli tanah atau rumah tanpa pertimbangan yang matang, asalkan lokasinya tidak bermasalah saja, seperti soal banjir, air rob, lingkungannya tidak aman dan lainnya, maka besar kemungkinan – jika investasi tersebut ditahan dalam sekian tahun ke depan – harganya akan naik dengan sendirinya.
Sangat jauh berbeda dengan saham, kalau awal belinya saja tidak menilai terlebih dahulu valuasinya, prospeknya, sektornya, pergerakan
IHSG dan segala yang terkait dengan saham tersebut, maka akan sulit menolak petaka
cut loss yang nilainya bisa hingga puluhan persen.
Karenanya, m
anajemen resiko investasi dalam bermain saham harus betul-betul diterapkan untuk menghindari keadaan seperti itu.
Tentunya semua kembali pada kesadaran tiap investor bahwa main saham itu resikonya besar. Itulah sebabnya saham disebut juga dengan investasi “high risk, high return”.
2 Cara Mengetahui Harga Saham Murah atau Mahal
Sebenarnya bukan hanya 2 saja caranya, ada beberapa, termasuk dengan menilai tingkat pendapatan dari dividen per saham.
Hanya saja, kalau kita mau berkaca pada apa yang selama ini di praktekkan oleh Warren Buffett, beliau ternyata hanya menggunakan 2 rasio valusi saham – akan disebutkan di bawah.
Alasannya mungkin sederhana, karena yang namanya investasi yang dicari adalah untung. Mau dianalisa sedetail apa pun kalau ujung-ujungnya rugi maka percuma saja.
Lebih parah lagi kalau analisanya rumit dan berbelit, megang sahmanya lama, tapi setelah ditunggu lama ternyata rugi, kan gak ada artinya. Sudah buang energi dan waktu, ditambah kehilangan dana karena rugi tersebut.
Dan inilah 2 rasio yang dimaksud:
- Rasio PER atau P/E – Price Earning Ratio
- Rasio PBV – Price to Book Value
Sebagian ada yang lebih memilih menggunakan PER untuk menilai saham murah atau mahal, tapi sebagian lagi ada yang lebih menggunakan PBV.
Menurut hemat saya, dan sebagaimana dilakukan Teguh Hidayat teman saya, sebaiknya gunakan keduanya tapi lihat situasi dan kondisi sahamnya.
Katanya, kalau sahamnya dari bluechip atau LQ45 maka sebaiknya nilai dengan PER, tapi kalau dari saham second liner maka gunakan PBV karena lebih mewakili nilai dari perusahaan bersangkutan.
Untuk menghitung harga wajar saham dengan PER maka data yang dibutuhkan adalah harga saham terbaru dan
EPS.
EPS sendiri dihitung dari membagi jumlah laba bersih dengan jumlah lembar saham yang beredar di pasar saham.
Barulah setelah ditemukan berapa EPS atau laba per sahamnya kemudian membagi harga sahamnya dengan EPS tersebut.
Sedangkan untuk PBV, data yang wajib ada adalah harga saham dan
book value atau nilai buku per lembar saham.
Book value ini juga ada rumusnya. Caranya dengan membagi ekuitas dengan jumlah saham yang beredar.
Ekuitas di laporan keuangan yang dimaksud adalah khusus “
yang dapat diatribusikan kepada pemilik intentitas induk” maksudnya kita sebagai pemegang saham.
Menilai Valuasi Saham Jangan Hanya dari Rasio PER dan PBV
Mengapa demikian? Ya, karena tak selamanya saham murah itu bagus. Ada juga saham yang bahkan kelewat murah tapi tidak layak invest, sebut saja saham yang hampir bangkrut, saham gorengan dan lain sebagianya.
Selain itu, terkadang ada juga saham yang memang murah dan fundamentalnya bagus tapi belum bisa dikatakan
waktu yang tepat membeli saham tersebut. Sehingga, jika keadaannya seperti ini, maka investor harus ‘
wait and see’ atau menunggu dulu sampai keadaannya membaik.
Salah satu hal yang dihindari membeli saham yang sudah murah adalah pada saat saham tersebut masih dalam keadaan
downtrend atau cenderung turun atau istilah lainnya bearish.
Jika keadaan seperti di atas terjadi maka sebaiknya dananya ditahan dulu atau bisa juga digunakan
membeli saham yang murah lainnya dan sudah tampak
uptrend atau cenderung naik pergerakan harganya.
Intinya, menilai valuasi saham murah atau mahal dengan PER dan PBV bukanlah analisis yang sempurna, kita masih harus menilai aspek lainnya, seperti kondisi ekonomi global dan mikro, pergerakan IHSG, nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar, sektornya dan lain sebagainya yang bisa jadi pemicu naik turunnya harga saham.
Tujuan utama dari melakukan analisa terhadap harga suatu saham adalah untuk bisa membeli saham yang harganya murah dan menjualnya saat harganya sudah mahal. Tentunya ini untuk menghasilkan
return saham yang tinggi dan untuk mempercepat pertumbuhan aset trader.
Mengenai return saham, lebih jelasnya baca juga :
2 Penghasilan dari Saham
Apa masih ada yang belum jelas soal mengenai 2 cara mengetahui harga saham murah atau mahal ala teknik menilai valuasi saham versi Warren Buffett. Jika memang ya, silahkan berkomentar untuk membangun diskusi dengna sesame pengunjung. Selamat trading saham syariah!
Related