Contoh Saham Growth Stock
Kalau anda cari2 di Google, tentu standar growth stock dari para growth investor berbeda-beda. Hal ini tentu dipengaruhi oleh standar yang dibuat masing-masing pakar tersebut. Apa yang saya sebut di bawah ada yang masuk di penjelasan di bawah dan ada juga yang tidak. Tinggal bagaimana anda memahami kriterinya di bawah pasti bisa menentukan sendiri. Dan bisa jadi, daftar growth stock yang saya sebut di bawah tidak masuk dalam kriteria Anda. Kalau begitu, ya tidak masalah karena ini juga pendapat. Berikut daftarnya: (Ingat, ini hanya contoh, bisa jadi ada yang tidak masuk ciri-ciri yang dibahas di sub judul dibawah) Saya tidak perlu menyebutkan berapa minimal pertumbuhan labanya. Lebih jelasnya baca ciri no. 4 di bawah. Jadi itu listnya. Cuma sedikit, selanjutnya Anda yang putuskan sendiri. Tapi ingat, selalu perhatikan timing beli dan kinerja terbarunya di periode saat ini. Kalau kamu baru mau membeli sahamnya 1-2 bulan setelah setelahnya tentu tidak tepat lagi karena laporan keuangan terbaru emiten yang menentukan.Ciri-ciri Growth Stock
Biar lebih gampang melakukan analisa sendiri mana saham growth dan yang bukan, maka ada baiknya teman2 ANALIS.CO.ID mengetahui apa saja ciri-cirinya. Berikut di antaranya:1. Sektornya sedang trend
Ini biasa juga dibahasakan dengan sektor yang lagi ‘hot’. Maksudnya di sini adalah sektornya lagi ramai dibicarakan dan terlihat dampaknya pada saham-saham yang tergolong di sector tersebut yangmana harganya tampak cenderung bergerak naik. Contoh saham yang sedang trend di 2018 ini adalah di antaranya saham PTBA. Ini dikarenakan harga batubara yang beberapa tahun belakangan terus turun, sekarang mulai bangkit dan kembali lagi seperti dulu. Menjadikan PTBA sebagai sampel mungkin tidak terlalu tepat mengingat perusahaan ini rutin membagikan dividen dan tergolong perusahaan leader di bidangnya. Hanya saja, kalau mengacu pada ciri terakhir di bawah dimana ini tergolong perusahaan yang sedang mengalami pemulihan kinerja setelah terpuruk karena sektornya yang sempat lesu, maka saham ini bisa masuk growth juga.2. Sahamnya cenderung naik (uptrend)
Soal ini anda harus baca dulu apa itu downtrend, sideway, dan uptrend. Istilah-istilah saham di atas merupakan bagian dalam analisa teknikal yang merupakan alat utama bagi growth investing dalam melakukan analisis. Mengenai contoh growth stock untuk kriteria ini maka yang jadi acuan adalah pada pergerakan harga sahamnya. Harga saham yang sudah menunjukkan minimal 3 titik resistance, maka sudah bisa dikategorikan uptrend, tapi kembali lagi pada moving averagenya. Jadi perlu dilihat dalam range waktu yang berbeda untuk tepat menentukan trendline-nya, apakah dalam 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun. Jika semua menunjukkan uptrend maka sahamnya layak invest, tapi dengan analisa yang lebih detail lagi tentunya.3. Harga sahamnya agak overvalue alias mahal.
Kalau dalam analisa fundamental yang dilakukan dalam value investing sudah pasti memilih saham yang murah dan punya nilai intrinsik. Tapi, kalau dalam growth investing, yang dipilih malah cenderung yang sudah mahal. Karena istilahnya “buy high, sell higher”, yaitu beli saat harga mahal dan jual dengan harga yang lebih mahal.
4. Labanya tumbuh
Mengetahui laba perusahaan tumbuh atau tidak adalah dengan menghitung persentase kenaikannya antara periode saat ini dengan periode sebelumnya. Contoh saham PGAS di kuartal I tahun 2018 labanya 1 milyar (contoh saja), dan pada kuartal 1 tahun 2019 ternyata laba bersihnya sebanyak 1,5 Milyar. Ini artinya perusahaannya sedang berkembang atau emerging. Cara perbandingan sebaiknya periodenya disamakan. Kalau kebetulan laporan keuangan kuartal 1 yang dianalisa maka perbandingannya juga dari kuartal 1 tahun sebelumnya. Jangan dari yang tahunan atau kuartal 2 atau 3. Selain itu, pastikan juga menanalisa rasio profitabilitasnya, terutama pada EPS dan ROEnya. Sebagian master saham membuat standar bahwa sebaiknya melihat kinerja labanya selama 5 tahun terakhir, yakni- 25% per tahun untuk perusahaan yang tergolong besar,
- 30% untuk perusahaan kecil, dan
- 35% untuk perusahaan lebih kecil lagi.
Hubungi halaman kontak di atas, atau via WA di 085255877760.
5. Perusahaannya tidak senang membagi dividen.
Anda mungkin heran kenapa kok untung dari dividen ditolak? Ya, karena jika perusahaan membagi dividen maka itu artinya laba ditahan-nya akan berkurang dan perusahaan juga akan berkurang kemampuan ekspansinya. Pada akhirnya, bisa berdapak pada perolehan labanya di masa akan datang. Efeknya bagi investor untuk contoh saham growth stock ini adalah karena bila laba kurang, harga saham juga sulit naik, dan bila harga saham sulit naik, bahkan tidak naik-naik, maka capital gain yang didapat juga sedikit.Padahal, tujuan utama dari growth investing ini adalah untuk memaksimalkan perolehan cuan dari capital gain.