Bicara pengertian dan rumus Debt to Asset Ratio berarti bicara soal analisis rasio solvabilitas. Ya, contoh soal rasio hutang terhadap aset, yang akan ditampilkan juga dalam artikel ini, masuk dalam kategori rasio yang mengukur berapa besarnya aktiva yang didanai oleh utang.
Pada dasarnya ada 5 jenis rasio keuangan dalam melakukan analisis fundamental, yaitu:
- Rasio Profitabilitas
- Rasio Likuiditas
- Rasio Aktivitas
- Rasio Solvabilitas
- Rasio Valuasi atau Harga Pasar.
Masing-masing dari kategori di atas sebenarnya terbagi-bagi lagi dalam beberapa rasio khusus. Kurang lebih ada 35 rasio keuangan. Lebih lengkapnya silahkan simak di tautan tersebut.
Istilah lain dari rasio solvabilitas sendiri adalah
rasio leverage yang kurang lebih defenisinya sama.
Adapun makna leverage secara spesifik adalah:
“Suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan dalam hal menginvetasikan dana atau memperoleh sumber dana yang disertai dengan adanya biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan. (Irawati – 2006)
Ada banyak versi pengertian leverage tersebut, seperti diungkapkan Fakhruddin (2008) atau pun Syamsuddin (2001), tapi penulis lebih cocok dengan pendapat di atas.
Sedangkan rasio sendiri maksudnya adalah ‘perbandingan’, dalam hal ini rasio DAR membandingkan antara total utang yang dimiliki perusahaan dengan total asetnya.
Lazimnya, semakin kecil nilai DAR ini maka akan semakin baik, karena itu artinya emiten mampu menjalankan usahanya tanpa beban utang yang harus dibayar secara rutin.
Dan itu artinya juga, resiko kebangkrutan dari perusahaan tersebut tergolong kecil
.
Pengertian Debt to Asset Ratio Menurut Para Ahli
Secara bahasa, kata debt to asset ratio berasal dari bahasa Inggris. Artinya rasio hutang terhadap aset.
Adapun solvabilitas, berasal dari gabungan kata ‘
solve’ (menyelesaikan, memecahkan, membayar) dan ‘able’ (dapat, bisa).
Jika kedua asal kata tersebut digabung menjadi ‘
solvable’, maka secara singkat dapat diartikan dengan ‘bisa atau dapat membayar’. Namun, karena ini adalah istilah dagang, maka lebih tepatnya adalah ‘kemampuan membayar utang’.
Solvabilitas sendiri oleh KBBI terbaru, diartikan dengan ‘kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya karena jumlah aktivanya melebihi utang-utangnya’
.
Menurut Kasmir:
Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. (Kasmir, 2010, hal. 156)
Sofyan Syafri Harahap (2010, hal 304) mengungkapkan:
“Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.” Lebih besar rasionya lebih aman (solvable). Bisa juga dimaknai “berapa porsi utang dibandingkan aktiva.”
Dari defenisi yang disebutkan di atas, kemudian bisa kita simpulkan bahwa rasio debt to total asset ini ditujukan untuk mengetahui seberapa besar porsi utang dalam semua aktiva yang dimiliki perusahaan.
Rumus Debt to Asset Ratio
Formula dari rasio solvabilitas ini sangat simpel, yaitu sebagaimana menurut Brealey Myres Marcus (2007, hal.76):
DAR = Total Liabilitas atau Kewajiban / Total Asset
Adapun menurut Sofyan Syafri Harahap (2010, hal.304) menyebut kewajiban dengan kata ‘utang’. Tapi, intinya kedua rumus yang diungkapkan pakar tersebut sama saja.
Umumnya, dalam laporan keuangan, liabilitas letaknya dalam halaman yang sama dengan ekuitas, yaitu setelah halaman laporan aset perusahaan.
Liabilitas sendiri diartikan sebagai hutang yang harus dilunasi pada pihak lain pada masa datang.
Karena keduanya, baik liabilitas dan aset, sama-sama diambil dari nilai totalnya, maka aset harus dari hasil penjumlahan aset lancar dan aset tidak lancar dan juga liabilitas dari liabilitas jangka pendek dan panjang.
Tapi ada yang perlu diperhatikan dalam menghitung rasio utang terhadap aset ini, yaitu jenis pembulatan yang digunakan dalam laporan keuangan tersebut, mata uang yang digunakan, dan juga laporan periode apa yang dianalisa.
Dan untuk tau rumusnya dalam bentuk file excel yang sudah penulis sediakan, silahkan
download kalkulator saham excel dulu. Di dalamnya terdapat 35 jenis rasio keuangan dan juga analisis growth dan trend dari perusahaan.
Contoh Soal
Karena kebetulan perbankan yang sering kali memiliki rasio utang yang tinggi, maka kali ini Analis ingin membuat contoh soal perhitungan rasio debt to asset ratio dari laporan keuangan salah satu perusahaan perbankan.
Kebetulan saya memilih
PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk, dengan kode saham
BEKS.
Diketahui,
Berdasarkan laporan keuangan BEKS pada kuartal 2 di tahun 2018, tercatat total assetnya sebesar Rp. 8.131.362.
Berdasarkan ringkasan finansial statement-nya, disebutkan bahwa pembulatan yang digunakan adalah disajikan dalam ‘jutaan rupiah’. Maka, angka 8.131.362. yang tertera berarti dibaca :
Rp8,1 triliun. Ya, karena pembulatan jutaan tersebut menghilangkan 6 angka dibelakangnya.
Adapun total liabilitasnya, yaitu tertulis sebesar Rp7.409.479 atau
Rp7,4 triliun.
Pertanyaannya,
Berapakah nilai rasio DAR BEKS pada kuartal II 2018?
Jawaban soal,
= Total Liabilitas / Total Asset
= Rp7,4 triliun / Rp8,1 triliun
= 0,91 kali atau 91,12%
Dengan demikian, jika kita berpatokan dengan rasio modal dari rata-rata bank adalah 10% dari asetnya, maka rasio utang dari bank ini tergolong
kurang aman karena utangnya lebih dari 90% dari total aset yang ia miliki.
Itu artinya juga, bila kita sederhanakan pemahamannya, maka dari total 10 modal yang dimiliki BEKS untuk beroperasi, hanya 1 (bahkan kurang dari 1) jumlah modalnya.
Cara Menganalisis
Ini pertanyaannya kurang lebih sama dengan
berapa nilai debt to asset ratio yang baik?
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka perhatikan dengan baik sebagian kecil petikan cara penilaian rasio dari kalkulator saham excel yang telah saya buat:
Jika rasio hutang kurang dari 0,5 kali, berarti sebagian besar aset perusahaan dibiayai melalui ekuitas.
Jika rasionya lebih besar dari 0,5 kali, sebagian besar aset perusahan dibiayai melalui hutang.
Nilai normal Rasio ini adalah 0,6-0,7 kali. Tetapi setiap industri memiliki penilaian yang spesifik dan berbeda antara satu jenis industri dengan industri yang lainnya.
Bank misalnya, utangnya bahkan bisa sampai 0,9 kali atau dengan kata lain modalnya hanya 10% dari total aset yang ia miliki.
Kesimpulannya, semakin rendah nilai rasio DAR maka akan semakin baik. Dan semakin tinggi maka semakin beresiko perusahaan tersebut jika dikemudian hari terjadi hal yang tidak diinginkan.
Namun perlu juga diketahui bahwa nilai rasio harus selalu memperhitungkan baik buruknya.
Karena, perusahaan dengan utang yang banyak, selama tidak melebihi batas normalnya, juga punya peluang untuk melakukan ekspansi dan inovasi produk yang ujungnya akan meningkatkan nilai laba bersihnya.
Sampai di sini dulu, jika ada yang kurang jelas soal rasio utang atau leverage ini, baik itu rumus Debt to Asset Ratio, maupun pengertian Debt to Asset Ratio adalah hal yang penulis nantikan untuk didiskusikan di blog ini. Salam trader syariah!
Related