Kebetulan sekali, kali ini
Analis.co.id ingin mengulas soal apa itu pengertian dan rumus rasio Defensive Interval Ratio (DIR), serta analisis dan contoh soal interval keberlangsungan ini.
Penamaan rasio likuiditas ini tidak satu, sering juga disebut dengan rasio DIP atau
Defensive Interval Period dan
Basic Defense Interval atau disingkat BDI.
Apa pun namanya, yang jelas ini adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur interval keberlangsungan suatu perusahaan.
Maksudnya apa?
Yakni, rasio yang menunjukkan jumlah hari dimana sebuah perusahaan dapat beroperasi tanpa melibatkan aset jangka panjangnya atau pun bantuan dari sumber finansial eksternal.
Atau bisa juga dipahami bahwa rasio ini untuk mengetahui sejauh mana suatu emiten dapat terus beriperasi dengan hanya mengandalkan aset lancar yang ada atau pun tanpa kas dari sumber eksternal.
Baca juga :
Rasio Likuiditas – Menghitung Rasio Lancar
Rumus Rasio Defensive Interval Ratio (DIR)
Formula yang membentuk rasio likuiditas ini sedikit rumit, karena biaya operasional harian juga punya rumus tersendiri
.
DIR = aktiva lancar / biaya operasional harian (dinyatakan dalam jumlah hari)
Aktiva atau aset lancar sering juga disebut dengan
Defensive Asset. Adapun rumusnya
= kas + surat berharga/investasi jangka pendek + piutang bersih
Adapun yang dimaksud dengan
biaya operasional harian:
= (biaya operasional tahunan – biaya noncash) / 365
Sedangkan untuk mencari biaya operasional tahunan dikurangi dengan biaya non-cash, maka rumusnya boleh dengan formula ini:
= (HPP + Beban Penjualan + Beban Umum & Administrasi + Beban Lain-lain – (Biaya Depresiasi + Amortisasi) / 365
Bila
laporan keuangan kuartal I, II, atau III yang digunakan maka tentu biaya-biaya yang disebut di atas harus disetahunkan dulu. Karena, nantinya hasil tersebut akan dibagi lagi berdasarkan jumlah hari dalam setahun.
(Soal cara menyetahunkan biaya tahunan, tidak usah khawatir karena sudah ada
Kalkulator Saham Excel yang menyediakan rumusnya. Tinggal input data langsung otomatis muncul hasilnya.)
Dan terakhir soal non-cash charge, yaitu biaya yang tidak dalam bentuk kas, di antaranya adalah depresiasi dan amortisasi. Soal ini silahkan baca:
Yang Termasuk Non-Cash Charge
Analisis Rasio Interval Keberlangsungan
DIR dianggap oleh beberapa analis saham sebagai rasio likuiditas yang lebih efektif dijadikan penilaian likuiditas pada suatu perusahaan, daripada rasio cepat atau rasio lancar.
Karena faktanya, rasio ini membandingkan antara aset dengan pengeluaran, bukan antara aset dengan utang.
Tapi dalam praktek analisis saham, untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, DIR biasanya digunakan sebagai rasio analisis keuangan tambahan bersama rasio lancar atau rasio cepat.
Disebut DIR / rasio interval defensif karena perhitungannya melibatkan aset lancar perusahaan, yang juga dikenal sebagai aset defensif.
Aset defensif terdiri dari kas, setara kas (seperti obligasi atau investasi lainnya), dan aset lainnya yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi uang tunai, seperti piutang dagang (AR – Accounts Receivables).
Dari penjelasan singkat di atas, maka dapat dipahami bahwa DIR adalah rasio atau perbandingan yang bermanfaat dalam mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan.
Karena, hasil perhitungannya menyediakan metrik nyata tentang berapa hari perusahaan dapat beroperasi dalam hal memenuhi biaya operasional hariannya, tanpa mengalami kesulitan keuangan yang mungkin akan mengharuskannya untuk mencari dana tambahan, baik melalui investasi ekuitas baru, pinjaman bank atau pun dengan menjual aset.
Baca juga :
Rasio Working Capital to Total Assets
Contoh Soal Rasio DIR
Tidak lengkap rasanya kalau kita tidak sekalian mengetahui bagaimana contoh perhitungannya langsung dari salah satu laporan keuangan
emiten yang terdaftar di BEI.
Kebetulan sekarang saya mau merujuk ke LK dari
WSBP untuk kuartal II 2018. Ini adalah salah satu anak usaha dari Waskita (WSKT) yang fokus pada penjualan beton pracetak.
Yu, kita hitung bersama!
Diketahui,
Pada tanggal 20 Juli 2018 WSBP merilis laporan keuangannya melalui situs IDX, dengan rincian sebagai berikut:
Asset Lancar |
10.973.431.036.302 |
HPP |
2.699.115.777.739 |
Beban Penjualan |
2.969.855.517 |
Beban Umum dan Administrasi |
93.966.943.770 |
Beban lain-lain |
0 |
Penyusutan |
273.658.530.455 |
Dengan demikian, maka berapakah rasio DIR WSBP jika penyampaian di atas menggunakan mata uang rupiah dengan nilai penuh atau tanpa pembulatan?
=
Aset Lancar / Biaya Operasional Harian
= Aset Lancar / ((HPP + Beban Penjualan + Beban Umum & Administrasi + Beban Lain-lain) – (Biaya Depresiasi + Amortisasi) / 365)
= 10.973.431.036.302 / ((2.699.115.777.739 + 2.969.855.517 + 93.966.943.770 + 0) – (273.658.530.455) / 365)
= 1587 hari
Sehingga, rasio
DIR WSBP adalah 1587 hari. Itu artinya WSBP sanggup terus beroperasi selama 1.587 hari atau 4,35 tahun hanya dengan mengandalkan aset lancarnya atau tanpa arus kas dari luar.
Baca juga:
Analisis Rasio Kas
Demikian penjelasan mengenai rumus rasio Defensive Interval Ratio (DIR) ini, serta analisisnya. Jika ada pertanyaan, silahkan berkomentar. Termasuk contoh soal defensive interval ratio yang mungkin ingin Anda ketahui.
Related