Sahabat
Analis, sekarang mari mengukur seberapa baik pencapaian margin laba kotor suatu usaha dengan mengulasnya dalam artikel rumus gross profit margin (GPM) ini. Termasuk di dalamnya akan dibahas juga pengertian dan cara menghitung dalam bentuk contoh soal dan analisis rasio gross profit margin dalam analisis saham.
Sebelum ini kita sudah mengulas apa itu
margin laba bersih (net profit margin) dan margin laba operasi (operating profit) beserta rumusnya sekalian.
Mudah sekali jika ingin tau sumber dari laba kotor dalam laporan keuangan, yaitu dengan mengurangi penjualan atau pendapatan bersih dengan HPP atau
harga pokok penjualan.
HPP kalau dalam finansial statement berbahasa inggris diistilahkan dengan COGS, yaitu
Cost of Goods Sold yang berarti biaya penjualan atau produksi barang.
Baca dulu :
Contoh Laporan Keuangan Perusahaan Terbuka
Pengertian Gross Profit Margin
Secara bahasa, frase ini berasa dari bahasa Inggris yang artinya margin keuntungan atau laba bruto.
Dikatakan laba kotor karena laba tersebut belum dipotong beban-beban ini:
- Beban umum dan administrasi
- Beban penjualan dan pemasaran
- Beban lainnya
Di dalamnya sudah termasuk juga depresiasi / penyusutan dan amortisasi.
Adapun dalam penyampaian laporan keuangan dari tiap perusahaan terbuka di BEI, yakni di situs resminya IDX.CO.ID, kata laba ini bisa diartikan profit, kadang juga dengan kata ‘
earning’.
Sedangkan penjualan kadang dengan kata
revenues atau pun
net sales.
Dalam ilmu trading saham, rasio finansial ini masuk dalam golongan
rasio profitabilitas, yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, baik itu laba kotor, laba operasi dan laba bersih, terhadap penjualannya dalam periode tertentu.
Umumnya, semakin tinggi nilai
profitability ratio ini maka akan semakin baik karena itu berarti emiten mampun melakukan manajemen yang baik dalam meminimalkan beban, baik itu beban bunga, pajak atau pun bahan baku.
Baca juga :
2 Cara Mengetahui Saham Murah atau Mahal
Rumus Margin Laba Kotor
Formula dalam menghitung rasio ini sangat singkat, yaitu:
GPM = Laba Kotor / Penjualan (Pendapatan) Bersih
Untuk rumus yang lebih detail bisa juga dengan : (Penjualan – HPP) / Penjualan, tapi hasilnya tetap sama karena sudah dijelaskan bagaimana rumus dari laba kotor tersebut.
Tujuan dari analisa rasio GPM atau Gross Profit Margin ini pada dasarnya untuk mengetahui seberapa baikkah perusahaan dalam mengefisienkan beban atau harga pokok penjualan untuk kemudian menghasilkan laba bruto yang lebih besar dari penjualan yang ia lakukan.
Semakin kecil nilai HPP atau COGS maka akan semakin tinggi pula angka laba kotor yang dihasilkan.
Karenanya, untuk menaikkan nilai rasio laba kotor ini dibutuhkan usaha dan inovasi dari manajemen dalam meminimlakan biaya produksinya. Banyak hal yang bisa dilakukan, di antaranya:
- dengan membayar supplier secara kontan atau cepat sehingga bisa memperoleh bahan baku yang lebih murah
- membeli bahan baku dari produsen yang menjual lebih murah, namun dengan kualitas yang lebih baik,
- melakukan penelitian komposisi bahan produk yang pas sehingga bisa mengurangi persentase bahan tertentu tanpa mengurangi kualitas produknya, dan lain sebagianya.
- meminimalkan kerusakan.
- mengurangi pemrosesan ulang dan pengerjaan ulang.
- menggunakan jasa outsourcing pada divisi tertentu, seperti keamanan, kebersihan dan lainnya.
- Mengurangi rasio persediaan
- menyederhanakan produk barang atau pun jasa.
Dan hal lainnya yang sekiranya bisa mengurangi COGS, namun tidak mempengaruhi kepuasan pelanggan atas produk yang ditawarkan.
Baca :
Cara Download Laporan Keuangan di IDX
Cara Menghitung dan Contoh Soal Analisis Rasio Gross Profit Margin
Ada baiknya kita langsung belajar menghitung rasio margin laba kotor ini langsung dari salah satu perusahaan terbuka di BEI.
Kebetulan sekali, sekarang saya mau menggunakan laporan keuangan terbaru dari PT. Telekomunikasi Indonesia atau Telkom.
Perusahaan dengan kode saham TLKM ini dikenal juga sebagai perusahaan ‘plat merah’ yang hampir selalu masuk dalam daftar saham LQ45 maupun bluechip di bursa efek Indonesia. Jadi tak ada baiknya TLKM ini yang kita pilih.
Oke, mari kita mulai menghitung dengan rumus:
Diketahui:
Pada tanggal
xxx PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, melalui situs IDX, merilis laporan keuangan terbarunya untuk kinerja triwulan/kuartal II 2018. Dalam laporan keuangannya tertulis bahwa penjualan bersih yang dihasilkan pada periode tersebut adalah Rp64,368 triliun.
Dan adapun gross profit-nya sebesar
xxx. Maksudnya
xxx?
Apa kira2 yang aneh dari ‘xxx’ di atas?
Jangan bingung, ternyata setelah saya terlanjur download laporan keuangannnya, Telkom tidak ada HPPnya karena termasuk perusahaan jasa. Yang ada hanya catatan beban-beban saja.
Maaf ya, karena saya sudah terlanjur donwload Lknya, jadi saya ceritakan disini sekalian biar tau kalau perusahaan jasa biasanya tidak punya HPP, dan kadang juga ada tapi kecil sekali. Ya ini bisa jadi pelajaran juga buat yang pemula.
Oke sekarang kita pindah ke laporan keuangan
PT BRI Syariah saja. Kode sahamnya
BRIS.
Untuk COGS PT. Bank BRI Syariah Tbk. maka yang kita ambil adalah dari ‘Hak Pihak Ketiga dari Bagi Hasil’ dan angkanya adalah
Rp640,7 milyar. Sedangkan pendapatannya kita ambil dari “Pendapatan Pengelolaan Dana sebagai Mudharib’, yakni sebesar
Rp1.485,8 triliun.
Pertanyaannya:
Berapakah nilai rasio laba kotor dari BRIS pada kuartal II 2018?
Jawabannya:
= Laba Kotor / Penjualan
= Rp640,7 milyar / Rp1.485,8 triliun
= 0,43 kali atau 43,12%
Jadi,
rasio gross profit margin dari BRIS adalah sebesar 43% lebih. Artinya dari total kurang lebih Rp1,5 triliun pendapatan pengelolaan dananya hanya 43% nya saja yang dapat dijaga hingga menjadi laba kotor bagi BRIS.
Contoh sederhananya begini, misal pak Teguh jual gorengan dan total penjualan yang dihasilkan Rp1 juta, dan laba kotornya ternyata setelah dikurangi biaya gas, tepung terigu, dan minyak hanya tersisa Rp500.000 saja.
Nah, itu artinya dari semua penjualan yang di hasilkan pak Teguh (tanpa Hidayat ya, soalnya ini kenalan saya) hanya separuhnya saja.
Jika beliau mau menaikkan laba brutonya maka caranya ia harus bisa mencari solusi tempat beli bahan baku yang murah, seperti terigu dan minyak. Atau misalnya jika ada sumber bahan bakar yang murah mungkin bisa ia gunakan, atau bisa juga nyala apinya diatur tidak terlalu besar dan lain sebagainya.
Mengenai berapa nilai yang baik untuk rasio GPM ini, tidak dijelaskan di artikel ini. Jika ingin tau pastinya, silahkan
download kalkulator saham excel yang sudah saya publikasikan.
Ada total 35 rasio finansial di dalamnya dan semua sudah ada rumusnya dan
OTOMATIS muncul begitu data laporan keuangannya diinput.
Hal yang sulit dilakukan bagi teman-teman pemula adalah bagaimana menghitungnya kalau pembulatan yang digunakan berbeda, misalnya ada yang jutaan, ribuan, milyaran dan sebagainya. Tentu hasilnya beda-beda.
Belum lagi kalau anda menghitung
ROE misalnya, bagaimana kalau yang dihitung itu dari laporan keuangan kuartal 1 atau kuartal 3? Pastinya rumusnya beda lagi.
Untuk itu, miliki tools sederhana tersebut untuk memudahkan kerja analisis teman2 semua
.
Akhir kata, semoga rumus gross profit margin ini atau pun contoh soal analisis rasio gross profit margin atau margin laba kotor ini bermanfaat untuk anda semua. Jangan lupa pelajari juga rasio net profit / laba bersih dan operating profit margin. Salam trader syariah!
Related