Strategi/Metode Value Investing. Cara Menjadi Value Investor, Yuk Belajar Bersama!

Jika anda sudah belajar 2 Jenis Aliran Bermain Saham untuk Trader, dan anggaplah memilih menjadi value investor, maka saatnya belajar strategi dan metode value investing yang sebenarnya. Jadi yang akan anda pelajari di sini adalah bagaimana cara menjadi value investor yang sesungguhnya. Jadi bukan hanya sekedar tau apa itu rasio valuasi saham dan nilai intrinsik saja, tapi memahami secara menyeluruh strategi value investing yang dijalankan para ahli atau pakar saham selama ini. Sudah sering terjadi, seseorang yang membeli saham hanya karena melihat harganya murah akhirnya berujung pada cut loss yang menyakitkan. Apalagi kalau mengabaikan manajemen resiko investasi, tentu ruginya akan lebih besar. Kenapa bisa seperti itu? Ya, karena sudah jadi standar umum dalam bermain saham, apalagi dikalangan growth investing, bahwa tidak ada jaminan saham yang sudah murah, bahkan kelewat murah, tidak akan turun lagi. Malah, kalau faktor internal maupun eksternalnya terlalu serius, maka bisa saja turunnya bisa lebih dalam lagi dari sebelumnya. Itu sebabnya, sangat wajar jika banyak trader tidak bisa bertahan di pasar saham yang tidak menentu ini. Ya, karena menilainya dari harga saja, bukan secara keseluruhan dari penyebab naik turunnya suatu harga saham.

Belajar Strategi dan Metode Value Investing

Tokoh yang paling banyak dijadikan sebagai tempat belajar investasi saham yang berorientasi pada nilai adalah Warren Buffett. Beliau merupakan bapak investasi dunia, tepatnya untuk para value investor. Dan berikut ini adalah beberapa yang bisa dilakukan untuk menjadi seoarang value investor:

1. Memilih metode analisa

Dalam melakukan analisis saham, ada beberapa strategi start atau awal untuk menganalisa. Beberapa memilih dari situasi ekonomi makro atau global kemudian dikerucutkan pada fundamental sahamnya. Cara pertama disebut juga dengan ‘Analisis Top-Down’ atau analisis dari yang bersifat global ke hal yang sifatnya spesifik. Atau biasa juga disebut dengan ‘analisa dari atas ke bawah’. Sebagian lagi, memulai dengan mengecek terlebih dahulu bagaimana kondisi fundamental perusahaan yang menjadi incarannya. Kemudian, setelah selesai menaganalisa fundamental emiten tersebut, berlanjut pada masalah-masalah ekonomi yang sekiranya mempengaruhi pergerakan harga saham, seperti inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, daya beli msyarakat dan lain sebagainya. Model analisis yang terakhir ini dikenal dengan ‘Analisis Bottom-Up’, yaitu strategi menilai suatu saham dari bawah ke atas. Mengenai mana yang lebih baik, semua kembali kepada Anda selaku investor yang bertanggung jawab atas dana investasi anda sendiri. Kalau saya pribadi lebih memilih mulai dari fundamentalnya dulu baru kemudian menilai kondisi pasar dan faktor pendukung lainnya. Bila sudah ketemu saham yang pas, tinggal menunggu timing beli saham yang tepat. Baca tips berikutnya lagi.

2. Memantau Sektor yang Lagi Trend

Sebenarnya ini boleh masuk langkah pertama, tapi bisa juga kedua setelah memilih metode value investing. Setelah menentukan mau seperti apa cara anda melakukan penilian pada suatu saham, maka selanjutnya memilah sektor mana yang lagi hot atau trend saat ini. Contoh misalnya, saat pemilihan presiden sebelumnya, saat Jokowi dan Prabowo bertarung memperebutkan posisi RI 1. Waktu itu, setelah ada tanda bahwa Jokowi yang akan menang dan kampanyenya selalu membahas soal ‘Tol Laut’ maka di periode itu juga ramai-ramai perusahaan sekuritas, private equity dan kelompok analis lainnya membahas soal efek dari tol laut tersebut. Dan hasilnya, tak menunggu waktu lama, saham-saham di sektor tersebut, seperti perusahaan perkapalan, jasa pengangkutan laut dan lainnya langsung ramai-ramai terbang sahamnya.metode value investing Nah, itulah yang dimaksud lagi hot, yakni ketika hampir sebagian besar pihak mengulasnya, termasuk media-media online, maka sektor itulah yang jadi incaran investasi kita. Atau contoh sederhana di 2017-2018 ini, atau mungkin hingga 2019, hampir semua media membahas harga batubara yang mulai pulih dan tampak terus naik dari waktu ke waktu. Dan ternyata betul, harga batubara yang melonjak tajam saat itu akhirnya disambut dengan harga saham-saham batubara yang juga loncat dengan cepat. Termasuk, waktu itu penulis juga sempat merasakan cuan hingga hampir 100% dari salah satu saham grup Bakri, tepatnya saham DEWA. Saya beli si DEWA tersebut di harga Rp53 per lembar dan melepasnya di harga Rp103 per lembar. Untung hingga 50 poin persis dalam hitungan minggu saja. Termasuk analisis saham PTBA dari penulis langsung – saat harganya sempat turun Rp2.800 per lembar – yang sekarang sudah naik menjadi Rp4.600 per lembar. Jadi sekarang sudah untung sekitar 64% lebih. Demikianlah, jika teman2 menerapkan strategi value investing yang tepat dengan jeli melihat sektor yang lagi trend, maka bukan saja bisa dapat capital gain yang banyak, tapi juga keuntungan yang cepat. Bahkan bisa dalam hitungan hari saja.

3. Melakukan Screening Saham yang Fundamentalnya Bagus

Screening ini seperti kita ingin memilih pasangan, tapi karena terlalu repot kalau harus diseleksi satu per satu, jadi kita tetapkan saja standarnya kemudian siapa yang masuk dalam standar tersebut maka itulah yang masuk nominasinya. Seperti halnya dalam investasi saham. Di BEI saat ini ada hampir 500 emiten yang sudah listing dan diperdagangkan sahamnya di bursa. Nah, tentu akan sulit kalau 500 saham tersebut mau dicek satu per satu labanya kan. Jadi, sebagai solusinya kita lakukan screening saja. Cara screening ini cukup tetapkan kriterinya, misalnya yang ROE nya di atas 15%, PBV di bawah 1 kali, atau PER di bawah 10. Bila sudah melakukan metode calue investing di atas, mislanya hanya terpilih 10 saham saja, maka dari 10 itu saja yang kita cek satu per satu. Jadi tidak perlu semua saham di IDX.

4. Mengetahui Valuasi dan Nilai Intrinsik Saham yang akan Dibeli (Ini Cara Menjadi Value Investor yang PALING WAJIB)

Kalau bahasanya valuasi maka yang harus dipelajari adalah bagaimana menilai harga saham tersebut. Dan kebetulan sekali artikelnya sudah dipublikasikan sebelumnya di blog ini. Silahkan baca: 2 Cara Menilai Harga Saham Murah atau Mahal Mengenai harga saham, maka yang dinilai sebenarnya adalah harga wajar atau sesungguhnya dari saham tersebut. Istilah kerennya adalah book value. Jika dipasar dijual sekian maka apakah harga tersebut memang sudah seharusnya seperti itu atau baiknya lebih rendah lagi baru bisa kita beli. Nah, ini yang dibahas di artikel tersebut. Adapun dari pakar saham kenamaan seperti Warren Buffett, beliau bahkan hanya menggunakan dua rasio untuk menilai valuasi ini, yaitu:
  1. PER – Price Earning Ratio dan
  2. PBV – Price to Book Value
Sebenarnya ada yang lainnya lagi, seperti dividen yield, PEG dan lainnya, tapi 2 di atas sudah cukup untuk tidak salah mengambil keputusan trading. Baca juga:
  1. Rumus dan Analisis Rasio Likuiditas
  2. Macam-macam Rasio Profitabilitas

5. Menganalisa Faktor Fumdamental Perusahaan

Hal paling utama dilakukan dalam membaca kondisi fundamental perusahaan adalah pada laporan keuangan terbarunya. Inilah objek penting yang harus dipelajari jika kita belajar cara menjadi value investor. Paling pertama yang harus dilakukan adalah minimal harus tau dulu bagian-bagian penting dalam laporan keuangan. Silahkan baca dari tautan tersebut untuk tau detailnya. Dan sebagai pembuka saya rinci dulu apa saja sih isi dari laporan keuangan tersebut. Berikut di antaranya:
  • Pernyataan direktur maupun yang menyajikan laporan keuangan.
  • Aset lancar dan tidak lancar
  • Liabilitas dan Ekuitas
  • Laba/rugi
  • Laporan arus kas
  • Catatan-catatan keuangan
Mengenai yang pertama di atas bukan untuk dianalisa, tapi hanya sekedar tau saja penanggung jawabnya dan kalau laporan keuangan tersebut dibuat oleh lembaga independen, namanya Akuntan Publik. Biasanya dibubuhi tanda tangan bermaterai sebagai bukti bahwa laporan keuangan tersebut diaudit (audited). Kemudian, aset berisi semua yang dimiliki perusahaan, termasuk modal dan utangnya. Yang pentung diperhatikan dalam aset ini adlaah laporan kasnya. Tapi akan sulit mengetahui apakah arus asnya sehat atau tidak bila kita tidak tau rasionya. Nah, mengenai cara menjadi value investor ini saya sudah sediakan file excel khusus untuk melakukan analisa tersebut. Jadi di dalamnya, saya menyebutnya Kalkulator Saham Excel, lengkap menyajikan semua tahapan analisa dalam value investing, temasuk nilai pertumbuhan semua bagian-bagian dalam laporan keuangan, trend pertumbuhan, dan juga ada 35 rasio keuangan yang super lengkap di dalamnya. 35 rasio yang tersedia di dalamnya sudah bisa otomatis menampilkan nilai rasio aktifitas, profitabilitas, solvabilitas dan valuasi saham yang sedang dianalisa. Jika tertarik order via halaman kontak. Dan khusus Liabilitas, menyajikan laporan hutang yang dimiliki perusahaan. Termasuk di dalamnya yang jangka panjang dan jangka pendek. Bagian liabilitas ini ada rasionya juga dan sudah ada dalam kalkulator saham yang saya buat. Sedangkan Ekuitas memberikan laporan mengenai modal perusahaan dan juga investor, dalam hal ini termasuk jumlah saham yang beredar atau diperdagangkan di BEI saat ini. Salah satu yang sangat penting juga dianalisa adalah pertumbuhan dari labanya. Inilah sebenarnya yang lebih dulu kita lihat kalau mau menganalisa suatu saham, jika ternyata rugi maka langsung abaikan saja dan pilih saham lainnya. Oleh para penganut growth investing juga menjadikan pertumbuhan emiten sebagai tolak ukur utama menilai layak tidaknya sahamnya dibeli. Dalam ilmu akuntasi, rasio laba ini masuk dalam kategori rasio profitabilitas. Dan dalam Kalkulator Saham yang saya jual untuk para pembaca juga sudah ada di dalamnya.

6. Menentukan Timing Beli Saham yang Tepat

Sebenarnya waktu beli saham yang pas bagi value investor adalah saat harganya sudah murah. Maksudnya? Misalnya, tahun lalu saham PGAS dihargai dengan PBV 1,5 kali (ini cuma contoh) dan itu adalah nilai PBV terendahnya, kemudian setelah sahamnya naik banyak dalam beberapa tahun, dan karena ada isu miring yang sebenarnya hanya rumor maka harga sahamnya turun kembali. Dan kebetulan, karena saat turunnya PBVnya kembali di angka 1,5 kali lagi, maka itulah waktu yang pas untuk membeli sham PGAS. Jadi value di sini bukan hanya kalau PBV 1 kali atau kurang berarti murah, tapi lihat histori harganya di masa lalu. Di atas sekedar contoh saja untuk analisa dalam value investing, lain lagi kalau dalam kalkulasi growth investing. Yang dinilai dalam growth investing bukan hanya valuasinya tapi menilai juga grafik pergerakan harganya, apakah sudah uptrend atau belum. Jika belum berarti belum waktunya, sekalipun PER maupun PBV nya sudah sangat murah menurut golongan value investor. Dengan demikian, jika ingin menerapkan manajmen investasi dalam saham maka sebisa mungkin beli saat harganya murah dan sedang uptrend saja. Lebih lengkapnya simak artikel : Kapan Sebaiknya Mulai Membeli Saham

7. Melakukan ‘pemantauan’

Yang dilakukan oleh seorang value investor bukan hanya tau menganalisa dan beli saham saja, tapi juga harus bisa mengawasi saham yang ada di dalam portofolionya. Pertanyaannya, jika mau menjadi value investor apa yang dipantau? Jawabannya adalah kinerja dan isu. Kalau kinerja sudah pasti merujuk ke laporan keuangan terbarunya. Dan untuk tau laporan keuangan terbaru emiten tertentu, cek langsung di situs IDX.co.id. Caranya? Baca : Cara Download Laporan Keuangan di IDX Adapun hari atau tanggal rilisnya adalah anda bisa cara ini: Tanggal Publikasi Laporan Keuangan

8. Menentukan Kapan Saatnya Menjual Saham

Tidak paham kapan mulai membeli saham, akan sama tidak pahamnya kapan mulai menjual saham yang sudah dipegang. Setelah melakukan pemantauan dan ternyata ada salah satu emiten yang sahamnya telah dibeli mengalami rugi atau maslah serius, seperti manajemennya lagi mendapat masalah hukum, maka inilah waktunya mempertimbangkan kapan saat yang tepat menjual saham Anda. Yang terpenting di sini adalah melakukan analisa mendalam. Jangan sampai gegabah menjual saham yang hanya karena labanya turun sedikit langsung dijual. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui trendline pergerakan harga saham tersebut, apakah lagi downtrend atau uptrend. Bahkan bagi saya, jika saham tertentu yang fundamentalnya bagus, tapi kebetulan labanya turun, maka sebaiknya tetap dihold saja. Ini pernah terjadi pada saham MYOR di mana sahamnya turun drastis dari Rp2.200 per lembar menjadi Rp1.700an karena labanya yang turun disebabkan kurangnya daya beli masyarakat. Dan betul saja, dalam beberapa hari setelah penurunan tersebut saham MYOR kembali ke posisi semula. Lebih lengkapnya soal ini, langsung baca saja: Waktu yang Pas Menjual Saham Jadi bagaimana menurut Anda, apakah cara menjadi value investor itu mudah atau strategi dan metode value investing? Sebenarnya kuncinya ada pada rasio-rasio keuangan dan rasio pertumbuhan serta trend, dan kebetulan itu sudah ada semua dalam KALKULATOR SAHAM yang sudah saya buat. Silahkan order di halaman kontak blog ini.
Share this

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: