Simak analisa fundamental PGAS yang diupdate berkala oleh Analis.co.id berikut ini. Bagaimana prospek saham PGAS 2018-2019, harga wajar dan prediksinya? Analisis kali ini ingin fokus membahas peluang lonjakan laba PGN, mengingat 51% saham Pertagas akan diambilalih dan rampung September 2018 mendatang.
Sebenarnya integrasi Pertagas ke dalam PGN ini merupakan salah satu bagian dari pembentukan Holding BUMN Migas, dimana PGAS sebagai subholding untuk mengelola bisnis gas dibawah koordinasi PT Pertamina (Persero) (Pertamina) sebagai induk holding BUMN migas.
Kalau teman Analis belum tau soal ini, saya ulang kembali saja. Jadi soal Holding tersebut sebenarnya merujuk pada PP No. 6 tahun 2018 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pertamina. Dan secara resminya, mulai berdiri sejak 11 April 2018.
Dan alurnya setelah itu adalah penandatanganan Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (Conditional Sales Purchase Agreement /CSPA) yang dilakukan pada tanggal 29 Juni 2018, dan kemudian baru pada tanggal 3 Juli 2018, pengambilalihan saham Pertagas dari ‘tangan’ Pertamina mulai dilakukan.
Adapun total nilai rupiahnya adalah sebesar Rp16.604.312.010.201. Atau kalau kita persentasekan dari seluruh modal ditempatkan dan disetor dalam Pertagas, maka nilainya sama dengan 51%. Nah, nilai 51% saham Pertagas yang diambil alih oleh
PGAS, kalau dihitung dalam jumlah lembar saham, maka jumlahnya adalah 2.591.099 lembar.
Sekarang mari kita lihat, bagaimana sebenarnya porsi pendanaan dari aksi akuisisi PGAS tersebut. Usut punya usut, ternyata dari total Rp16,6 triliun tersebut PGAS menggunakan sekitar Rp5,53 triliun dari kas sendiri dan 2/3 sisanya diambil dari pinjaman bank, yaitu sekitar Rp11,06 triliun.
Apakah porsi penggunaan dana di atas sudah tepat atau tidak? atau malah akan berdampak pada kesehatan keuangan PGAS nantinya? Saya rasa tidak, karena jika merujuk ke LK terbarunya, rasio kas PGAS masih di angka 1,47 kali sekalipun sudah dikurangi Rp5,53 triliun tersebut. (baca lagi di bawah detailnya)
Dan benar saja, alih-alih dicibir pemeringkat kesehatan keuangan
emiten, keputusan manajemen untuk mendanai 1/3 nominal akuisisi dari kas internal (sekitar Rp 5,53 triliun) ternyata mendapat respons positif dari Lembaga Pemeringkat Moody’s Investors Service. Dan Moody’s sendiri telah resmi menaikkan
peringkat PGN menjadi Baa2 dengan outlook stabil pada Jumat, tanggal 6 Juli 2018.
Agak sulit berbicara prospek kalau kita tidak memulai melihat sejauh mana manfaat yang ingin dicapai oleh PGAS terhadap aksi akuisisi ini. Untuk itu, mari kita runut satu per satu tujuan dari rencana tersebut:
- menambah nilai portofolio investasi Perseroan dan di masa yang akan datang dapat meningkatkan pendapatan Perseroan
- memperkuat posisi Perseroan sebagai badan usaha yang terdepan di bidang transmisi dan disttibudi gas bumi
- menambah dan menjamin portofolio pasokan gas bumi serta gas bumi cair (LNG) dan infrastruktur jaringan pipa gas bumi
- mewujudkan pembangunan infrastruktur yang tidak tumpang tindih untuk suplai gas ke konsumen akhir yang pada akhirnya dapat mewujudkan penghematan biaya investasi (capital expenditure) dan mempercepat pembukaan pasar baru.
Dan sebenarnya tujuan akhir dari semua yang disebut di atas adalah
agar PGAS kedepannya mampu menjadi pemain utama di bidang transmisi dan distribusi gas bumi (sekalipun ini sudah terjadi), tapi sebagaimana tujuan pertama yang disebutkan di atas, yaitu lebih “memperkuat” lagi peran tersebut.
Dan bagi seorang investor, yang paling kita tunggu-tunggu dari hasil akhir ‘lompatan’ ini adalah poin pertama yang disebut di atas, yakni nilai laba bersihnya yang akan melonjak dari periode sebelumnya. Atau kalau secara rasio maka kita menunggu sebesar apakah rasio
ROE yang akan dihasilkan PGAS nantinya. Prediksi saya, dan sebagaimana analis lainnya, kemungkinan hasil tersebut sudah akan nongol tahun depan di laporan keuangannya.
Satu berita Highlight yang baru saja terjadi dan semua yang masih memegang saham PGAS mulai dari awal bulan juni 2018 dan belum sempat keluar hingga saat ini pasti tau dan merasakah bahwa saham PGAS anjlok sangat dalam.
Jika kita hitung mulai awal juni dimana harga saham PGAS yang masih berada di kisaran antara Rp2.070 – Rp2.250-an dan sekarang ini di level Rp1.635, maka penurunan tersebut kurang lebih sekitar 24% (kalau kita ambil dari rata-rata harga puncaknya di awal Juni tersebut).

Salah satu alasan yang mungkin jadi pemicu anjloknya saham PGAS tersebut adalah dimana banyak investor mengira bahwa dengan PGAS mengakuisisi Pertagas dan 1 anak usahanya saja, yakni PT Pertagas Niaga, dan tidak termasuk pada anak usahanya yang lain seperti PT Perta Arun Gas, PT Perta Daya Gas, PT Perta Samtan Gas, dan PT Perta Kalimantan, maka itu ditenggarai tergolong mahal, bahkan kemahalan.
Tapi kenyataannya, yang dilakukan PGAS adalah hal yang sudah benar karena keempat anak usaha tersebut bisa dibilang kontribusinya kecil dan sebagian memiliki bisnis inti berbeda dari Pertagas. Hal tersebut dibuktikan dari 73% dari laba bersih 2017 Pertagas adalah hasil kinerja Pertagas dan Pertagas Niaga saja, dan selebihnya dari keempat anak usaha tersebut.
Hal lain yang mungkin dinilai oleh analis bahwa porsi 30% dari pendanaan yang diambil dari kas PGAS atas akuisisi tersebut dinilai akan menggangu kinerjanya kedepan, berdasarkan pertimbangan dari LK 2017 nya atas jumlah kas yang hanya Rp 14,3 triliun, ditambah investasi jangka pendek dan aset tetapnya yang hanya Rp 39,35 triliun saat itu.
Hanya saja, kalau menurut hemat saya, lebih tepat kalau kita hitung dari LK terbarunya dimana kas dan setara kas PGAS sudah di angka $1,19 milyar atau setara Rp17,15 triliun (jika berdasarkan harga per dollar Rp14.327). Dan itu artinya, jika kas dan setara kas PGAS kita kurangi 5,53 triliun dari akuisisi Pertagas ini maka masih tersisa 11,62 triliun dan ini mengindikasikan bahwa
rasio kas untuk PGAS yang terbaru masih di angka 1,47 kali.
Dan kalau banyak yang mengatakan bahwa porsi Rp5,53 triliun yang dikurangi dari kas PGAS adalah hal yang bisa mengganggu kinerja PGAS kedepannya, bagi saya adalah hal yang keliru. Karena dengan rasio kas 1,47 kali tersebut sesuatu yang bisa kita katakan aman dan bahkan sangat aman karena oleh banyak pakar keuangan juga berpendapat sama. Termasuk oleh Georgi Tsvetanov yang merumuskan bahwa rasio kas di angka 0,5 – 1 kali adalah angka yang tergolong aman. Dan kenyataannya, PGAS saat ini berada di angka 1,47 yang bisa kita katakan lebih dari aman lah.
So, kalau khawatir bahwa PGAS akan sulit menanggulangi utang jangka pendeknya ke depan maka pertimbangkan kembali analisa di atas.
Dan anda juga tau kalau perusahaan yang kita bahas ini bukan perusahaan ecek-ecek yang baru berdiri kemarin sore, tapi sudah beroperasi lebih dai 50 tahun (behhhh… setengah abad bro) dan telah melakukan pengembangan usaha dari hulu hingga ke hilir yang tentunya sulit mengatakan kalau pereusahaan sebesar ini akan bermasalah dengan utang jangka pendeknya.
Analisa Fundamental Saham PGAS – Prediksi Prospeknya di 2018
Berhubung karena penulis tidak mau kehilangan momen harga murah PGAS ini, jadi kali ini analisanya saya buat singkat saja dan langsung masuk ke kesimpulannya.
Kesimpulannya:
Setelah melihat semua aspek yang ada dan berdasarkan pengalaman saya pribadi sebagai analis dalam menilai pergerakan harga PGAS, maka dapat ditarik kesimpulan soal analisa saham PGAS sebagai berikut:
- Peran PGAS sebagai subholding dalam “Holding BUMN Migas” mencerminkan prospek PGAS kedepannya yang lebih baik dimana peran tersebut tentunya akan semakin memperkuat posisi PGAS sebagai “Leader dalam bisnis transmisi dan distribusi gas bumi”. Dan inilah salah satu jenis saham yang disukai oleh Warren Buffett, yaitu saham yang fokus pada satu bidang dan mampu “memonopoli” sektornya (sekalipun PGAS juga mengembangkan bisnis telekomunikasi melalui anak usahnya PGAS Telekomunikasi Nusantara, tapi nilai asetnya hanya $29,4 juta, ya paling kecil di antara semua anak usahanya, dibanding Saka Energi yang mencapai $2,65 milyar)
- Mengenai valuasinya (ini pasti yang dicari2 kan? He he) kalau kita merujuk pada histori harga PGAS dikisaran Rp2.400 – Rp2.700-an dimana PBVnya saat itu sekitar 1.3 lebih, maka jika kita kembali menghitung dengan hasil Laporan Keuangan terbarunya, yakni untuk kuartal 1 2018, maka harga PGAS terbaru saat ini yang dihargai pasar dengan Rp1.635 per lembar (per tanggal 10 Juli 2018) mengindikasikan harga wajar saham PGAS berada di level Rp1.884, dan PBV PGAS untuk saat ini hanya 0,87 kali saja. Sungguh sangat bisa kita katakan murah. Terlebih kalau kita terlepas dari nilai valuasi PBV tersebut dimana ‘harga bersahabat’ untuk PGAS minimal di level Rp2.000an.
- PGAS termasuk saham idola penulis banget untuk investasi short atau pun middle-term. Ini karena ada satu karakter PGAS yang perlu diketahui teman2, dimana bila sahamnya sudah berada di level tertingginya, entah karena muncul sentiment negative yang gak jelas atau karena IHSG yang lagi terkoreksi, biasanya ia akan turun kembali (bisa sama dengan harga sebelumnya, tapi bisa juga lebih rendah). Dan setelah itu, biasanya kita tidak perlu menunggu lama, sahamnya akan langsung lompat dengan cepat. Saya katakan ‘lompat’ karena PGAS ini memang kalau lagi dapat sentiment positif bakalan gak main-main kenaikannya, dan jika teman2 Analis baru mau masuk saat itu maka saya katakan sudah terlambat. Jadi mumpung belum ‘keluar’ dari harga kisaran standar yang saya tetapkan untuk PGAS ini, yaitu 1400-1800-an maka sebaiknya cepat ambil keputusan (tapi ingat ya, semua keputusan dan resikonya tanggung jawab anda).
- Dengan bergabungnya 2 perusahaan Gas tersebut maka secara tidak langsung akan menghemat biaya investasi infrastruktur juga, istilahnya penghematan ‘cost dan effort’ yang lebih efisien. And you know what will happen in its statement of profit or loss later…, tentunya akan menjadi salah satu pengungkit laba yang signifikan bagi PGAS nantinya. Mengapa? Ya, kasarannya, kalau sebelumnya PGAS harus bangun pipa lagi kalau mau memperluas jangkauan distribusi gas dan produknya yang lain, tapi sekarang karena (sebagian) Pertagas sudah jadi miliknya, jadi tinggal pake saja. Ya itu pemahaman sederhananya, lebih detailnya tentu dengan analisa lanjutan lagi.
- Competition between 2 power is over now! Maksudnya, setelah akuisisi ini intensitas kompetisi antar BUMN energy, khususnya PGAS dan Pertagas, tidak ada lagi. Dan so pasti, potensi laba untuk PGAS akan semakin besar pula.
Sekalipun demikian, tidak adil rasanya kalau kita hanya bicara positifnya saja tanpa melihat sisi minus dari integrasi ini. Di antaranya, jika misalnya Pertagas memiliki utang yang besar, maka nantinya PGAS akan ikut menanggung utang itu juga dan itu artinya akan ada tambahan porsi hutang dalam liabilitas laporan keuangan PGAS nantinya. Jadi, tidak hanya laba saja yang meningkat.
Kapan mulai melepas saham PGAS berdasarkan harga wajarnya?
Soal harga wajarnya sudah saya bahas di atas, sekarang ke harga bottom dan supportnya. Ini penting juga saya sampaikan, karena tidak paham
meniail valuasi suatu saham dan juga tidak paham kapan mulai membeli saham, tentu akan sama tidak pahamnya kapan mulai keluar atau menjual saham tersebut.
Sekali lagi, ini saya share karena pengalaman selama mengamati karakter pergerakan PGAS secara khusus.
Jadi begini, kalau kamu mau trading di saham PGAS, pastikan masuknya di range harga bottomnya, kalau dulu harga bottomnya di Rp2.000-an, tapi karena koreksi IHSG yang tajam sebelumnya, tepatnya puncaknya di bulan Oktober 2017, maka harga bottomnya juga berubah di minimal Rp1.400-an dan kisarannya antara Rp1.400 hingga Rp1.800-an sebagai titik support-nya.
Jika kamu menemukan harganya di kisaran tersebut boleh mulai masuk dengan tetap menerapkan
manajemen resiko investasi mengatasi kerugian dari saham yang pernah penulis publikasikan.
Kemudian, kalau harganya sudah dikisaran Rp1.600 hingga Rp1.700-an, maka boleh menimbang apakah waktunya melepas atau tidak. Kenapa saya katakan demikian, karena bisa jadi di harga segitu, walau sudah sampai ke puncak tertingginya, tapi masih dalam posisi
uptrend, maka sebaiknya tetap di hold. Tapi kalau ternyata mulai menunjukkan penurunan maka ada baiknya mulai dilepas dulu. Karena seperti yang saya katakan tadi bahwa tipe saham ini grafiknya fluktuatif dan sering kali turun dengan sendirinya kalau sudah tidak ramai lagi dibicarakan.
Banyak analis dan juga perusahaan sekuritas memberikan target harga dan take profit di kisaran Rp3.000 – Rp3.100-an. Saya pikir itu hal yang masih masuk akal mengingat 51% saham Pertagas yang sudah menjadi milik PGAS saat ini. Tapi apa yang penulis sampaikan di atas sebagai strategi menghindari perlambatan kenaikan asset saja. Jadi, kalau ragu melepas di kisaran harga Rp2.700-an maka caranya lepas separuh dulu dan sisanya dihold saja.
Dan saya juga memperkirakan jika saat level Rp3.000-an sudah dicapai dan sentiment positif untuk PGAS semakin kuat, ditambah IHSG yang mulai rebound, maka bukan tidak mungkin harga sahamnya akan terbang lebih tinggi lagi dari prediksi banyak analis. Tapi yah… tentunya semua tetap kembali pada kondisi fundamental PGAS kedepannya. Jika apa yang kita sebut di atas betul-betul terjadi maka saat itulah anda bisa membenarkan semua analisa di blog ini.
Kalau ada yang menarik disampaikan soal analisa fundamental PGAS dan harga wajarnya ini maka saya akan update kembali, termasuk valuasi saham PGAS dan prediksi dari prospeknya kedepan seperti apa.
Related