Penasaran dengan Analisa Fundamental Saham PNBS? Simak Prospek Bank Panin Dubai Syariah

Analisa Fundamental
Salam teman Analis.co.id! Ketemua lagi dengan Analis Saham Syariah No. 1 di Indonesia (he he bercanda!). Kali ini saya mau memberikan ulasan singkat soal analisa fundamental saham PNBS – Bank Panin Dubai Syariah Tbk. Sebenarnya, sebelumnya saya tidak berniat posting soal prospek saham PNBS ini, tapi karena ada pengunjung yang request analisa saham perbankan syariah ini jadi saya kira apa salahnya. Kata-kata saya di atas, tampak pesimis ya kayaknya soal analisa fundamental PNBS ini. Sebenarnya alasannya sederhana sekali. Ya, karena kalau saya bandingkan kinerja perolehan laba PNBS di periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 1Q17, di 1Q18 (kuartal I 2018) sekarang ini PNBS hanya mampu meraup laba hingga Rp4 milyar saja, dibanding 1Q17 yang mencapai 12,7 milyar. Itu artinya, kalau kita hitung-hitung, maka penurunan laba/rugi PNBS pada kuartal I 2018 ini mencapai 68,5%. Ini tentu bukan nilai yang sedikit. Bisa saya katakan, karena PNBS ini merupakan bank syariah yang paling pertama listing di BEI, sehingga banyak investor syariah menaruh harapan pada pertumbuhan emiten ini. Tapi, yah… apa mau dikata! Yang namanya dunia trading saham, terkadang kita tidak bisa hanya menilai dari ‘namanya’, tapi lebih kepada kinerjanya. Dan nyatanya, PNBS sekarang memang tidak bisa kita katakan kalau kinerjanya baik. Oke, kembali ke soal penurunan labanya. Kalau kita kroscek ke sisi fundamentalnya, sebenarnya peneurunan laba bersih tersebut dikarenakan pendapatan PNBS sendiri pada periode kali ini memang terkoreksi hingga 21,46%, yakni menjadi Rp 150,48 miliar, jika dibandingkan dengan kuartal I tahun sebelumnya yang mencapai Rp 191,59 miliar. Dan bila kita mau lebih spesifik lagi, penurunan tersebut sebenarnya banyak dikarenakan oleh koreksi atas bagi hasil pembiayaannya, pendapatan usaha utama dari bagi hasil surat berharga, dan juga pendapatan dari pembiayaan Murabahah yang dikelola oleh emiten. Selain itu, adanya kenaikan beban usaha yang mencapai 6,07% juga jadi faktor yang mempengaruhi laba dari PNBS. Salah satu tantangan berat dalam bisnis perbankan adalah soal bagaimana menjaga agar nilai NPF atau NPL (Nonperforming Financing / Nonperforming Loan) tidak tinggi. Dan faktanya, dari data, penulis mencatat NPF Bruto dan Neto perseroan pada kuartal I ini juga meningkat, yakni masing 4,86% dan 4,27%. Dibanding dengan periode yang sama sebelumnya, 1Q17 yang masing-masing hanya 4,51% dan 3,64%. Walau sebenarnya, standar NPF yang aman berada di kisaran 5%, NPF PNBS ini tetap kita katakan kurang baik, mengingat NPF bank konvensional rata-rata ada di angaka 3 koma pesen lebih saja. Yang mengecewakan dan patut jadi perhatian soal NPF PNBS ini adalah karena nilainya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 nilainya hanya 1,76%, kemudian di tahun 2016 meningkat menjadi 2,87, di kuartal III 2017 naik hingga 4,46%, dan hingga 2018 sekarang sebagaimana disebut di atas nilainya makin membengkak. Sekalipun mungkin ini dikarenakan oleh faktor ekonomi makro yang mengalami stagnasi pertumbuhan, yang mengakibatkan efek domino pada perekonomian Indonesia, khususnya pendapatan ekspor, investasi, pendapatan negara serta daya beli masyarakat, tapi ini juga bisa dipengaruhi oleh baik tidaknya standar manajemen perusahaan dalam menyalurkan pembiayaan. Sebagai seorang yang punya pengalaman dalam bidang pembiayaan, penulis tau betul bahwa masalah soal NPF ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana standarisasi penilaian calon debitur yang ditetapkan perusahaan. Karenanya, kita sebagai investor berharap agar kedepannya pihak manajemen PNBS bisa lebih serius melakukan pembenahan soal ini.

Jadi, kalau berdasarkan analisa fundamental saham PNBS ini, bagaimana prospek saham PNBS 2018?

Sabar, di atas baru prolog. Kita perlu melakukan analisis lanjutan untuk mengetahui seberapa layak tidaknya PNBS ini untuk dikoleksi, minimal untuk investasi short term. Hal yang paling mendasar dalam analisa fundamental Bank Panin Syariah ini sebenarnya pada rasio keuangannya, terutama pada rasio valuasi dari PNBS itu sendiri.

Pertama, mari kita bicara soal valusi PNBS dari sisi PERnya dulu.

Jangan kaget ya, karena PER PNBS ternyata 224,18 kali. Siapa pun analisnya pasti akan bilang kalau PNBS ini super muahalll. Tapi itu, kalau alirannya value investing. Beda lagi kalau dari sisi growth investor karena mereka akan menilainya dari grafik harga sahamnya saja, walau ada juga yang tetap melihat perolehan laba bersih terbarunya. Nilai PER 224 kali lebih dikarenakan EPS PNBS saat ini hanya Rp0,39 per saham. Saya bisa bilang, luar biasa sekali rendahnya dan penurunannya. Sehingga wajar kalau PERnya bisa lompat sampai sebanyak itu. analisa fundamental PNBS Nah, coba kita lihat bagaimana dengan periode yang sama di tahun lalu. Ternyata pada 1Q17, EPS PNBS tercatat Rp2,48 per saham. Jadi turun sebanyak 84,2 persen. Ya itu tadi, karena ada laba bersihnya juga terkoreksi dalam sekali di periode ini. Tapi, ada tapinya lho….! Itu kalau kamu menilai valuasi suatu saham dari PERnya, maka sudah pasti akan mengatakan kalau saham ini super mahal. Karena, di luar sana, ada banyak analis saham yang tidak mau menilai harga wajar suatu saham dari PERnya, termasuk Teguh Hidayat. Kata mereka, menilai harga saham murah atau tidak dari PERnya kurang tepat karena yang namanya perusahaan bisa saja untung banyak di satu periode dan juga tidak untung, bahkan rugi di periode lainnya. Jadi tidak bisa mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan tersebut. Berbeda kalau dengan PBV, karena kata mereka, PBV membandingkan antara harga dan nilai buku perusahaan, dimana nilai buku atau book value tersebut dihasilkan dari membagi total ekuitas terbaru (Yang Dapat Didistribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk) dengan jumlah saham yang beredar, sehingga dengan cara ini lebih bisa mewakili nilai yang sebenarnya dari perusahaan tersebut. Tapi, perlu diperhatikan juga, kalau pertimbangan di atas tidak bisa sepenuhnya ‘ditelan’ mentah-mentah, terutama bila penurunan laba perusahaanya memang karena perusahaannya jelek dan sama sekali tidak layak invest, seperti karena salah satu manajemen intinya melakukan kecurangan atau bisa juga kalau perusahaan menuju kebangkrutan karena langkah bisnis yang diambil di masa lalu ternyata salah. Terus bagaimana dengan PBV PNBS sendiri, apa lagi mahal atau tidak? Mari kita cek! Dengan ekuitas 1,59 Triliun dan jumlah saham 1,19 milyar, maka nilai buku dari PNBS adalah Rp156 per saham. Nah, inilah harga wajar yang sebenarnya untuk PNBS. Jadi, dengan harga saham Rp88 per lembar berdasarkan harga terbaru yang penulis ketahui (saat artikel ini pertama kali dipublikasikan), maka PBV PNBS saat ini adalah 0,56 kali atau kita bulatkan menjadi 0,6 kali. Dan itu artinya, jika kamu membeli saham PNBS dengan harga Rp88, maka sama halnya kamu beli rumah yang sebenarnya seharga 100 juta, tapi kamu cuma beli dengan duit 60 juta. Paham kan maksudnya? So, secara sepintas saham PNBS tampak murah bila dilihat dari sisi PBV. Tapi, apakah betul seperti itu? Sebenarnya sih, kalau kita bandingkan dengan induknya, PNBN, tidak bisa juga dikatakan murah karena selama ini (terhitung mulai 2015-2017) PBV PNBN berada di kisaran 0,69 kali. Lha kok harus bahas PNBN segala? Ya, memang harus seperti itu brow… karena yang namanya saham dari anak perusahaan umumnya valuasinya selalu tidak lebih dari saham induk perusahaannya. Dan itu artinya, bila PBV bank Panin Syariah Tbk hanya 0,56 kali adalah hal yang wajar, toh induknya saja cuma segitu. Jadi bagaimana nih, apakah saham bank Panin Syariah layak beli atau tidak? Saya pribadi, kalau dari segi valuasi, baik PER maupun PBV belum terlalu direkomendasikan. Mengingat, histori harga PNBS sempat menyentuh level Rp66 per saham, yang itu artinya dengan harga Rp88 saat ini bukan harga bottomnya. Mungkin pendapat saya akan berbeda kalau PNBS ini betul-betul bisa kembali di harganya yang sebelumnya, tapi itu kalau koreksi IHSG terus berlanjut hingga habis lebaran. Selain alasan valuasi di atas, karena umumnya harga saham dalam jangka pendek cenderung mengikuti trend pasar, namun dalam jangka panjang menyesuaikan dengan fundamentalnya. Dan karena sekarang laba bersih dari PNBS tergerus banyak sekali, maka cepat atau lambat besar kemungkinan sahamnya akan turun juga (tapi pandangan ini khusus untuk kuatal I 2018 ini. Beda lagi kalau ternyata di kuartal II labanya bisa kembali pulih). Adapun alasan kenaikannya saat ini, dari level Rp84 per lembar menjadi Rp88 saat ini mulai tgl 24 Mei 2018 sampai sekarang, menurut hemat penulis hal tersebut lebih cenderung karena dipengaruhi oleh sentiment positif dari rencana HMETD yang dilakukan manajemen PNBS (dilaksanakan tgl 28 Mei-5 Juni 2018). Hanya saja, sangat disayangkan karena biasanya harga saham akan bergerak mengikuti harga penentuan HMETD (dalam hal ini di harga pelaksanaan Rp100 per lembar), tapi PNBS sendiri tidak demikian. Besar kemungkinan ini dikarenakan banyak investor yang tidak tertarik bermain di saham ini karena faktor kinerjanya yang sedang tidak baik. Kalau kinerjanya lagi lesu dari satu lini saja mungkin kita masih bisa pikir-pikir untuk mengoleksi saham Bank Panin Dubai Syariah ini, tapi masalahnya, dari laporan keuangan terbaru PNBS ini menunjukkan kalau pendapatannya turun dari semua segmen. Tapi, soal harga saya pribadi tidak bisa memberikan prediksi. Tidak ada jaminan bahwa PNBS tidak akan naik atau turun dalam beberapa minggu atau bulan kedepan, karena berdasarkan laporan keuangannya untuk tahun 2017 saja PNBS juga masih mengalami penurunan laba, tapi harganya tetap bisa terbang hingga Rp107 per saham pada 21 Maret 2018. Saya tidak punya kata-kata lagi untuk analisa fundamental saham PNBS. Intinya, saham bank Panin Dubai Syariah ini belum layak invest untuk saat ini. Tapi, kalau misalnya di kuartal selanjutnya ternyata laporan keuangannya menunjukkan hasil yang berbeda, maka anda bisa kembali lagi ke sini karena bisa jadi artikel soal PNBS ini sudah diupdate.
Share this

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: