Malas menganalisa saham sendiri dan mau tau apa saja Rekomendasi Saham Murah Fundamental Bagus 2018 ini? Nah, kamu harus tau beberapa saham Prospek dan Undervalue dari Analis berikut ini.
Tapi perlu diketahui bahwa di bawah ini hanya daftar saham bagusnya saja, bukan rekomendasi penuh yang bisa langsung anda ikuti atau beli sahamnya. Karena, yang namanya analisa fundamental tidak bisa hanya melihat kinerjanya saja, seperti ROE dll, tapi banyak pertimbangan lain yang harus dinilai, termasuk sektornya, kondisi ekonomi makro dan global dan lain sebagainya.
Inilah 7 Rekomendasi Saham Murah Fundamental Bagus 2018
Sekali lagi, ini hanya rekomendasi daftarnya saja, selebihnya lakukan analisa mendalam lagi. Atau kalau belum bisa menganalisa sendiri, silahkan Request Analisa langsung ke saya.
- PGAS
- JSMR
- LPCK
- PTBA
- ADHI
- WSBP
- BRIS
Khusus PGAS, ini saham trading yang paling saya senangi karena selalu saja ada
timing beli saham yang bagus di saham tersebut.
Biasanya kalau PGAS ini sudah naik beberapa minggu, ia kemudian akan kembali lagi ke harga sebelumnya dan pada saat itulah waktu terbaik membeli sahamnya.
Jika kamu bisa dapat di range harga antara Rp1.405 – Rp1.800 maka itu sudah lumayan sekali. Karena karakter saham plat merah ini, berdasarkan pengamatan saya beberapa tahun terakhir, kalau dia lagi turun maka biasanya tidak butuh waktu setahun harganya akan
bullish lagi dan kembali ke harga wajarnya. Nah, pada saat itulah kamu bisa mulai panen dan kemudian menunggu lagi waktu
downtrend-nya.
Adapun untuk JSMR, ini juga termasuk saham BUMN yang market capitalization nya cukup besar. Biasanya asing paling senang beli saham ini kalau harganya sedang terkoreksi dalam.
Harga paling bagus untuk mulai investasi di saham Jasa Marga ini adalah kalau harganya bisa menyentuh level Rp4.000 per lembar atau lebih prospek lagi kalau bisa dibawahnya.
Sedangkan
LPCK sendiri, analisanya sudah dipublish jauh sebelumnya. Tinggal cek berkala kalau sudah diupdate lagi artikelnya maka biasanya analisa terbarunya sudah dilakukan.
Ciri saham yang prospek untuk investasi:
Sebenarnya ada faktor yang dinilai sehingga kita bisa mengatakan bahwa saham tertentu layak koleksi, baik untuk long term atau pun short term di bawah 1 tahun.
Dan berikut ini adalah beberapa kriteria saham prospek yang bisa dijadikan rujukan:
a. Memiliki fundamental yang bagus
Terutama, labanya yang meningkat dari periode sebelumnya. Dan akan lebih bagus lagi kalau memiliki trend peningkatan kinerja dari tahun ke tahun yang terus tumbuh. Oleh Warren Buffett, biasanya beliau melihat trackrecord kinerjanya 5 tahun terakhir.
Adapun cara untuk mengetahui seberapa besar tingkat laba yang dihasilkan emiten ditinjau dari besarnya modal yang ia miliki, maka cara terbaik adalah dengan minilainya melalui rasio
ROE atau Return on Equity dari perusahaan tersebut. Mengenai tekniknya, silahkan kunjungi tautan tersebut.
Jadi tidak salah juga kalau banyak trader pemula yang mencari di google kata-kata seperti: saham roe tertinggi 2017, saham salah harga dan sebagainya. Ya, karena ROE bisa jadi cara yang paling tepat untuk menilai seberapa baik perusahaan memaksimalkan modal yang ia miliki dalam menghasilkan keuntungan yang cukup.
Jadi, jangan juga bilang kalau saham fundamental bagus dan undervalue bisa langsung dibeli, karena ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan dengan matang sebelum memilih mana saham yang bagus dikoleksi.
b. Valuasinya atau harganya undervalue atau murah
Maksud dari undervalue ini adalah dimana harga saham tersebut tampak lebih murah dari nilainya yang sebenarnya. Sudah disebut di atas, sebagaimana sering di bahasakan oleh Lo Kheng Hong sebagai ‘saham salah harga’.
Dan mengenai ini ada 2 cara yang digunakan untuk menilai harga wajar dari suatu saham, yaitu dengan:
- PBV – Rasio ini singkatan dari Price to Book Value, yaitu rasio harga terhadap nilai buku dari perusahaan. Adapun rumusnya dengan mengetahui terlebih dahulu berapa nilai buku yang sebenarnya dari perusahaan bersangkutan, yakni dengan membagi nilai ekuitas dengan jumlah saham yang beredar. Nah, hasil tersebut kemudian barulah dihitung dengan cara membagi harga terbaru sahamnya dengan nilai buku yang telah diketahui tersebut. Lebih lengkapnya soal ini, silahkan klik tautan PBV di paragraf ini.
- PER – Ini adalah singkatan dari Price to Earning Ratio atau sering juga disingkat dengan P/E. Cara menghitungnya adalah dengan membagi harga dengan EPS terbaru dari saham tersebut. Dan adapun EPS didapat dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham yang beredar, maka didapatkanlan berapa rupiah yang dihasilkan dari tiap lembar saham yang diinvestasikan investor.
c. Sektornya sedang ‘hot’ atau prospek
Salah satu cara mempercepat pertumbuhan nilai investasi kita dalam saham adalah dengan cara membeli saham yang sektornya sedang hot saja.
Kenapa? Ya, karena umumnya saham yang sedang bullish sektornya akan sangat mempengaruhi pergerakan peningkatan harganya juga. Dan sebaliknya, sektor saham yang sedang lesu cenderung rata-rata saham yang terkait dengan sektor tersebut juga cenderung sideway atau bahkan downtrend pergerakan harga sahamnya.
Contoh sederhana, misalnya
WSBP walau sebenarnya perusahaan tidak sedang rugi, bahkan kinerjanya cukup cemerlang, tapi karena faktor sektornya yang sedang tidak mendapat sentimen positif dari pasar, maka mau tidak mau sahamnya juga tidak bergerak ke mana-mana.
Padahal, kalau bicara soal nama besar dan kinerja, bisa dibilang WSBP ini tidak perlu lagi dipertanyakan. Siapa coba yang tidak kenal dengan Waskita Karya? Pasti semua tau. Tapi sayangnya, karena sektornya lagi tidak dilirik banyak investor dan media maka jadilah sahamnya ‘mengeram’ di kisaran Rp350 – Rp400an selama hampir 2 tahun lamanya.
Contoh sebaliknya, misalnya saja PTBA, karena di awal tahun 2016 harga batu bara mulai rebound, maka walau kinerjanya belum terlihat para investor sudah mulai mengoleksi sahamnya. Dan betul saja, harganya yang masih di level Rp861 di awal januari, saat ini sudah berada dikisaran Rp4.000 per lembar.
Itu artinya, karena faktor sektor dari PTBA tersebut sehingga harga sahamnya bisa lompat hingga 400% lebih dalam kurung waktu kurang dari 2 tahun saja. Luar biasa kan?
d. Tidak ada masalah dengan IHSG dan nilai tukar rupiah
Sekalipun ini tidak terkait langsung dengan sahamnya, tapi ini bisa juga jadi alasan dan pertimbangan sebelum membeli saham.
Umumnya jika nilai tukar rupiah tertekan cukup dalam, maka biasanya IHSG juga akan ikut terkoreksi. Dan semakin besar pelemahan rupiah maka akan semakin tinggi juga penurunan IHSG.
Nah, bila IHSG sedang ‘harus’ downtrend dulu, maka saham-saham di BEI juga umumnya akan ikut turun, terutama pada saham-saham dengan
market capitalization yang besar seperti
saham bluechip maupun saham LQ45 yang banyak diperjualbelikan oleh asing.
Jika kamu mendapati keadaan seperti di atas maka sangat disarankan untuk ‘wait and see’ aja dulu. Tunggu bila IHSG sudah mengalami reversal atau pembalikan arah dari
bearish ke bullish, maka barulah mulai berinvestasi lagi, tentunya dengan memilih saham undervalue yang betul-betul prospek kedepannya.
Intinya, kita tidak bisa memutuskan membeli saham hanya karena alasan kinerjanya lagi baik atau labanya lagi tinggi, tapi harus ada analisa lanjutan yang lebih mendalam lagi agar seorang investor tidak terjebak dengan ‘value trap’ yang bisa menggerus nilai portofolio dalam waktu singkat.
Solusi yang paling baik jika belum bisa melakukan analisa adalah dengan meminta bantuan analisa dari ahlinya langsung, dalam hal ini
analis saham terpercaya yang sudah pengalaman. Dan kebetulan saya sendiri membuka jasa untuk keperluan tersebut.
Intinya, kalau mau berhasil dan untung banyak dari Saham Murah Fundamental Bagus 2018 ini, maka pastikan bukan hanya mengetahui rekomendasinya saja, tapi usahakan lakukan analisa lebih detail lagi agar bisa tau apakah saham undervalue tersebut betul murah valuasinya, atau jangan-jangan hanya prospek saja tapi fundamentalnya tidak mendukung.
Related