Risol kini tak lagi sekadar jajanan pinggir jalan yang biasa ditemukan di tukang gorengan depan sekolah. Dalam beberapa tahun terakhir, makanan ringan satu ini berubah menjadi produk kuliner risol kekinian yang menjelma menjadi peluang bisnis menggiurkan. Dari kafe modern hingga toko daring di media sosial, risol hadir dengan berbagai varian rasa dan tampilan yang semakin menggoda.
Fenomena risol kekinian seolah menjadi bukti bahwa tren kuliner Indonesia tidak pernah kehilangan ide segar. Dengan kreativitas dan strategi pemasaran yang tepat, camilan sederhana berisi sayuran, ragout ayam, atau daging ini bisa menjelma menjadi brand kuliner besar dengan omzet jutaan rupiah per hari.
“Bisnis risol kekinian membuktikan bahwa ide sederhana bisa menjadi peluang emas jika dibungkus dengan kreativitas dan strategi yang tepat.”
Dari Risol Jadul ke Risol Modern
Risol awalnya dikenal sebagai makanan warisan kolonial Belanda yang disebut “rissole”. Di Indonesia, kudapan ini kemudian mengalami modifikasi, biasanya berisi sayur, ayam, atau bihun, lalu digoreng dengan balutan tepung panir yang renyah.
Namun kini, bentuk dan cita rasanya jauh lebih bervariasi. Anak muda yang haus inovasi kuliner mulai mengkreasikan risol dengan bahan-bahan tak biasa seperti keju mozzarella, smoked beef, rendang, hingga risol isi boba. Sentuhan ini membuat risol tampil lebih modern dan cocok untuk pasar anak muda urban.
Tidak hanya isiannya, kemasan risol kekinian juga menjadi daya tarik tersendiri. Desain minimalis, warna pastel, hingga logo yang lucu membuat produk ini terlihat “instagramable” dan mudah viral di media sosial.
“Risol hari ini bukan hanya soal rasa, tapi juga soal bagaimana tampilannya bisa masuk ke kamera ponsel dan menarik perhatian netizen.”
Tren Bisnis Kuliner yang Tak Pernah Padam
Indonesia dikenal sebagai negara dengan pasar kuliner yang besar. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sektor makanan dan minuman menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi kreatif. Dalam konteks ini, risol kekinian menjadi bagian dari gelombang baru bisnis kuliner yang memadukan cita rasa lokal dengan strategi branding modern.
Tren bisnis risol kekinian sangat erat kaitannya dengan perkembangan media sosial. Platform seperti TikTok, Instagram, dan WhatsApp Business menjadi saluran utama bagi pelaku usaha mikro untuk memasarkan produknya. Video risol yang lumer ketika digigit sering kali viral dan memicu keinginan masyarakat untuk mencicipinya.
Fenomena ini membuat banyak pelaku usaha rumahan mulai mencoba peruntungan di dunia risol. Mereka memanfaatkan resep keluarga, lalu menambahkan sentuhan modern untuk menarik minat generasi muda.
“Sekarang bukan hanya rasa yang menentukan laris tidaknya sebuah produk, tapi seberapa menarik cerita di balik produk itu.”
Variasi Rasa yang Membuat Konsumen Ketagihan

Daya tarik utama risol kekinian ada pada kreativitas rasa. Jika dulu risol hanya dikenal dengan isian sayur dan ragout ayam, kini variasinya tak terhitung banyaknya.
Risol Mayo dan Smoked Beef
Varian ini menjadi pelopor kebangkitan risol kekinian. Kombinasi mayones lembut dan smoked beef yang gurih menciptakan rasa yang creamy dan mewah. Tak heran jika risol jenis ini mendominasi pasar sejak awal tren dimulai.
Risol Mozarella dan Pizza Style
Pencinta keju pasti jatuh cinta pada varian ini. Saat digigit, lelehan mozzarella yang melar membuatnya sangat menggugah selera. Beberapa penjual bahkan menambahkan saus marinara dan potongan sosis agar rasanya menyerupai pizza mini.
Risol Rendang dan Ayam Geprek
Bagi yang menyukai cita rasa Nusantara, risol isi rendang atau ayam geprek adalah favorit baru. Rasa pedas gurihnya membuat risol tidak hanya sekadar camilan, tapi bisa menjadi makanan utama.
Risol Manis dengan Cokelat dan Boba
Kreativitas pelaku kuliner juga merambah ke risol manis. Beberapa merek menjual risol isi cokelat leleh, green tea, hingga boba. Paduan tekstur renyah dan lembut membuat risol jenis ini laris di kalangan remaja.
“Rahasia risol kekinian ada pada kejutan di setiap gigitannya. Tak ada yang tahu apakah akan lembut, pedas, manis, atau meleleh — dan itu yang membuatnya menarik.”
Modal Usaha dan Potensi Keuntungan
Salah satu alasan risol kekinian digemari oleh pelaku usaha adalah karena modalnya relatif kecil. Untuk memulai bisnis ini, seseorang bisa memulainya dari dapur rumah dengan peralatan sederhana seperti wajan, kompor, baskom, dan freezer kecil.
Modal awal sekitar Rp1 juta hingga Rp3 juta sudah cukup untuk membeli bahan-bahan dasar seperti tepung, telur, keju, daging, mayones, dan bahan kemasan. Dengan harga jual antara Rp3.000 hingga Rp7.000 per buah, margin keuntungan bisa mencapai 40 hingga 60 persen tergantung skala penjualan.
Jika penjualan harian mencapai 200 hingga 300 risol, omzet bulanan bisa menembus Rp10 juta hingga Rp15 juta. Tidak heran jika banyak ibu rumah tangga, mahasiswa, hingga pekerja kantoran tertarik menjadikan bisnis risol sebagai sumber penghasilan tambahan.
Strategi Branding dan Pemasaran yang Menentukan
Risol kekinian bukan hanya soal rasa, tapi juga soal bagaimana produk itu dikomunikasikan ke publik. Banyak merek kecil yang sukses karena pintar memainkan strategi pemasaran digital.
Pelaku usaha biasanya menggunakan nama brand yang mudah diingat seperti “Risol Boss”, “Risol Mantul”, atau “Risollicious”. Nama unik ini memudahkan konsumen mengenali produk dan menciptakan identitas tersendiri di pasar yang kompetitif.
Desain kemasan juga menjadi faktor penting. Kemasan food grade yang estetik dengan logo warna cerah mampu meningkatkan persepsi kualitas. Beberapa merek bahkan menambahkan stiker kutipan lucu di kemasan, seperti “Lumer di Mulut, Bikin Meleleh di Hati” untuk menarik perhatian konsumen muda.
Selain itu, strategi kolaborasi juga mulai digunakan. Misalnya, risol kekinian bekerja sama dengan kafe lokal atau influencer kuliner untuk memperluas jangkauan pasar.
“Bisnis kuliner di era digital bukan lagi perang rasa, tapi perang perhatian. Siapa yang lebih kreatif, dia yang menang.”
Peluang Franchise dan Ekspansi Nasional
Tren risol kekinian juga melahirkan banyak peluang waralaba atau franchise. Beberapa brand lokal mulai membuka kemitraan dengan biaya yang relatif terjangkau, mulai dari Rp5 juta hingga Rp25 juta, tergantung paket dan lokasi.
Sistem franchise ini menarik karena menawarkan konsep bisnis siap jalan, lengkap dengan resep, bahan baku, dan strategi promosi. Calon mitra hanya perlu menyiapkan lokasi dan mengikuti panduan operasional dari pusat.
Beberapa merek yang sukses bahkan sudah membuka cabang di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar. Fenomena ini menunjukkan bahwa risol kekinian memiliki daya tahan bisnis yang kuat dan tidak sekadar tren sesaat.
“Ketika produk bisa dibuat sederhana tapi punya potensi besar, maka di situlah letak nilai bisnis yang sesungguhnya.”
Inovasi Teknologi dan Penjualan Online
Digitalisasi memberi dampak besar terhadap perkembangan bisnis risol. Penjual kini tidak lagi bergantung pada toko fisik, melainkan bisa menjual produknya melalui marketplace atau aplikasi pesan antar seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
Melalui promosi digital, pelaku bisnis risol dapat menjangkau pelanggan dari berbagai daerah tanpa batas. Bahkan banyak yang memanfaatkan sistem pre-order dan frozen food untuk memperluas jangkauan pengiriman antar kota.
Tren risol frozen ini menjadi solusi cerdas di era modern. Pembeli bisa menyimpan stok di rumah dan menggorengnya kapan pun mereka mau. Rasanya tetap sama renyahnya, dan daya tahannya bisa mencapai dua minggu jika disimpan di freezer.
Selain itu, risol kekinian juga mulai dipromosikan melalui konten video pendek di TikTok. Banyak kreator yang membuat video “ASMR risol lumer” atau “review risol viral” yang mampu menarik jutaan penonton.
“Di zaman media sosial, kamera ponsel bisa jadi dapur kedua bagi pelaku usaha kuliner.”
Menjaga Konsistensi Kualitas dan Cita Rasa
Keberhasilan bisnis risol kekinian tidak hanya bergantung pada tren, tetapi pada konsistensi kualitas produk. Konsumen kini semakin cerdas dan sensitif terhadap rasa. Sekali kecewa, mereka bisa langsung beralih ke merek lain.
Oleh karena itu, pelaku usaha harus menjaga standar bahan baku, kebersihan, dan rasa yang konsisten. Banyak pengusaha yang bahkan memilih membuat risol dalam jumlah kecil setiap hari untuk menjaga kesegarannya.
Selain kualitas rasa, pelayanan juga menjadi kunci. Respons cepat terhadap pesanan, kemasan yang rapi, dan keramahan dalam berkomunikasi menjadi nilai tambah yang membuat pelanggan kembali membeli.
Prospek Bisnis Risol di Masa Depan
Tren risol kekinian menunjukkan bahwa pasar kuliner Indonesia masih terbuka lebar bagi inovasi produk lokal. Dengan jumlah penduduk besar dan kebiasaan masyarakat yang gemar jajan, potensi bisnis ini tetap menjanjikan di masa depan.
Para pelaku usaha kini mulai bereksperimen dengan risol sehat menggunakan bahan organik atau bebas gluten untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Ada juga yang menambahkan konsep fusion food, memadukan risol dengan cita rasa Jepang atau Korea untuk menarik konsumen milenial.
Selain itu, peluang ekspor juga terbuka, terutama dengan permintaan produk makanan beku khas Indonesia yang terus meningkat di luar negeri.
“Selama ada kreativitas, tak ada makanan yang benar-benar ‘biasa’. Bahkan risol pun bisa menjadi simbol inovasi anak muda Indonesia.”