Rumus Menghitung Average Collection Period & Analysis Contoh Soal Formulanya

Akuntansi & Rasio, Analisa Fundamental
Jika teman2 Analis.co.id sudah belajar soal rasio Receivable Turnover maka rumus menghitung average collection period dan contoh soal average collection period ini bisa lebih mudah dipahami. Mengapa demikian? Karena dalam formula perhitungan dari rasio rata-rata penagihan piutang ini cukup dengan membagi jumlah hari dalam satu periode, biasanya jumlah hari dalam setahun, dengan hasil perhitungan dari rasio receivable turnover tersebut. Sedangkan, rasio receivable turnover atau perputaran penagihan piutang sendiri dihasilkan dari membagi penjualan bersih (revenues) dengan piutang usaha rata-rata. Dengan kata lain, kalau rasio RTO lebih menekankan perhitungan soal berapa kali penagihan piutang berlangsung dalam satu periode, sedangkan rasio Average Collection Period yang kita bahas saat ini gunanya untuk mengetahui berapa hari rata-rata penagihan piutang dilakukan. Rasio ACP ini ditunjukkan dengan jumlah hari. Semakin kecil jumlah harinya maka akan semakin baik. Itu artinya perusahaan mampu menagih dengan cepat setiap piutang usahanya pada pelanggan. Dan semakin cepat piutang usaha tersebut ditagih maka akan semakin baik kondisi kas perusahaan dan tentunya laba bersih yang dihasilkan di akhir periode juga akan semakin baik. Dan itulah saya kira yang jadi tujuan dalam analisa fundamental saham yang kita lakukan dari rasio ACP ini. Ya, untuk mengetahui sebab akibat dan potensi kinerjanya di periode akan datang. Sempatkan: Download Kalkulator Saham Excel Terlengkap (berisi 35 Rasio keuangan plus analysis growth dan trend juga)

Rumus Menghitung Average Collection Period

Sebenarnya ada 2 versi rumus yang dipakai untuk menghitung nilai rasi rata-rata penagihan piutang usaha ini, tapi karena hasilnya sama jadi tidak perlu dipersoalkan. Dalam ulasan Investopedia sendiri mengulas bersamaan kedua rumus yang disebutkan di bawah yang mana salah satunya sebagai alternatif dalam penghitungan rasio average collection period ini. Rumus Pertama:
ACP = (Piutang Rata-rata x 360) / Penjualan Kredit
Sudah dijelaskan di artikel sebelumnya soal perputaran piutang bahwa rumus mencari rata-rata piutang usaha adalah dengan menambahkan piutang usaha awal tahun dengan piutang usaha di akhir tahun kemudian dibagi dua (2). Adapun angka 360 adalah jumlah hari dalam setahun. Ini juga tidak mutlak menggunakan jumlah hari tersebut karena ada juga yang menggunakan 365 hari atau mungkin dalam sekali periodenya tidak sampai setahun maka bisa juga berbeda. Dan mengenai penjualan bersih adalah bagian dalam laporan laba/rugi yang letaknya paling awal. Biasa juga dibahasan dengan net sales atau revenues.rumus average collection period Rumus Kedua:
365 : Receivable Turnover
Atau bisa juga:
360 : Receivable Turnover
Tentunya, untuk formula kedua di atas harus dicari dulu berapa kali nilai receivable turnover (RTO) atau perputaran piutangnya dalam satu periode. Mengenai rumusnya RTO ini, baca di sini: Contoh Soal dan Rumus Receivable Turnover RTO sering juga disebut dengan AR collection days (AR  adalah singkatan dari Accounts Receivable). Nah, setelah ditemukan hasilnya maka barulah kita hitung berapa ACP-nya. Baca: 2 Cara Menilai Saham Murah atau Mahal

Contoh Soal Average Collection Period / Rasio Rata-Rata Penagihan Piutang

Tak lengkap rasanya kalau kita bicara rumus tapi tidak membahas bagaimana contoh soal rasio rata-rata penagihan piutang ini. Nah, untuk itu, saya tampilkan contoh dari kedua formula di atas. Dan karena sampel analisys saham yang digunakan sama dengan kasus RTO sebelumnya, maka untuk tau waktu rilis laporan keuangannya, berapa jumlah penjualan bersih LPPF dan lainnya, maka silahkan baca di tautan yang dikasi di atas. Rumus Pertama = (Rata-rata Piutang Usaha X 365) / Penjualan Bersih = ((Rp46.167.000.000 + Rp134.276.000.000) / 2) X 365) / Rp10.023.961.000.000 = Rp32.930.847.500.000 / Rp10.023.961.000.000 = 3,29 hari Rumus Kedua
  1. Langkah ke-1: Cari dulu berapa rasio Receivable Turnover dari LPPF, dan setelah dihitung diketahui bahwa hasilnya adalah 111,10 kali.
  2. Langkah ke-2: = 365 : receivable turnover
= jumlah hari dalam setahun / receivable turnover = 365 hari / 111,10 kali = 3,29 hari Jadi ada dua rumus yang kita gunakan, tapi hasilnya sama, yaitu 3,29 hari. Jadi, rata-rata waktu hari penagihan piutang yang dibutuhkan oleh LPPF kurang dari 4 hari. Ini artinya LPPF baik dalam hal penagihan piutangnya. Tapi, tunggu dulu. Analysisnya tak sesederhana itu, karena produk Matahari Departement Store Tbk sendiri adalah barang retail yang dijual secara eceran yang rata-rata penjualnnya langsung. Jadi wajar kalau cepat sekali. Umumnya, perusahaan lain butuh waktu puluhan hari hingga bulanan dalam rata-rata penagihan piutangnya. Tapi, itu biasanya karena model bisnisnya memang umumnya dalam bentuk kredit.
Dengan demikian, untuk mengetahui nilai rasio average collection period yang baik maka sebaiknya lakukan perbandingan dengan perusahaan yang sektornya sama. Tentu dengan mecari nilai rata-ratanya dulu, kemudian bandingkan dengan nilai ACP dari saham yang kita analisa.
Selain itu, lihat juga bagaimana pertumbuhan rasio ini dibandingkan periode sebelumnya. Apakah semakin baik atau tidak. Bila tidak, maka analisa lebih lanjut lagi dengan mengecek catatan pada pos-pos yang menjadi perhitungannya. Tentunya, informasi tersebut ada di bagian catatan-catatan dari laporan keuangan yang kita analisis. Baca juga: 35 Rasio Keuangan dalam Bermain Saham Jadi finish dulu ya ulasan kita mengenai rumus menghitung average collection period dan contoh soal average collection period ini. Dan terkait pengertiannya sebenarnya sudah termasuk dalam tujuan dari penilaian rasio ACP yang sudah dijelaskan di atas. Selamat berinvestasi syariah!
Share this

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: