Analisis dan Interpretasi Working Capital To Total Assets Ratio

Salam sahabat Analis.co.id, yuk belajar bersama rasio likuiditas soal Interpretasi Working Capital To Total Assets Ratio (WCTA) dan analisisnya! Kalau dalam bahasa Indonesia, ini disebut juga dengan rasio modal kerja terhadap total aset. Yang dimaksud dengan working capital adalah modal kerja bersih, yaitu sebagian dari aset lancar yang real yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai operasional perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya (demikian diungkapkan oleh Bambang Riyanto, 2008). Saya katakan ‘real’ atau ‘sebenarnya’ karena modal kerja tersebut dihitung dari mengurangi aset atau aktiva lancar dengan utang lancar. Nah, sisa dari pengurangan tersebutlah yang dikatakan sebagai working capital. Lebih jelasnya, begini rumusnya:
Working Capital = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar
Dengan kata lain, modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar. Sampai di sini sudah bisa menangkap maksudnya? Jika belum, lanjut baca! Efek dari WCTA ini bisa kita katakan memiliki efek domino pada kinerja emiten. Jika nilai rasio likuiditas ini tinggi maka akan berdampak pada kemampuan operasional perusahaan, yakni operasionalnya menjadi lancar. Selanjutnya, bila operasionalnya lancar, maka diharapkan pendapatan perusahaan juga bisa meningkat. Dan sudah tentu, jika pendapatan meningkat, maka labanya juga akan ikut meningkat. Ini sejalan dengan hasil penelitian Nurjanti Takarini dan Erni Ekawati yang menyimpulkan bahwa Working Capital to Total Assets memiliki pengaruh positif pada perubahan laba. Baca juga: Rumus Cash Ratio dan Contohnya

Interpretasi Working Capital To Total Assets Ratio

Tujuan utama dari menghitung perbandingan modal kerja dengan total aset ini sebenarnya untuk mengukur sebesar apa modal kerja yang tersedia dari perusahaan jika dibandingkan dengan nilai total aset yang ia miliki. Sudah dijelaskan di atas, bahwa jika working capital yang tersedia itu cukup dan memenuhi standar maka perusahaan diharapkan leluasa menjalankan operasional bisnisnya, tanpa harus menggangu likuiditasnya. Kenapa? Ya, karena modal kerja tersebut bisa kita katakan sebagai dana ‘bebas’ yang tidak akan digunakan untuk melunasi kewajiban jangka pendek. Makanya di atas saya katakan ‘real’, karena kas tersebut murni tujuannya untuk operasional saja. Lalu sebenarnya bagaimana sih efek ketersediaan working capital ini pada suatu bisnis? Untuk itu, mari kita simak beberapa tujuannya berikut ini:
  • Sebagai perlindungan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan nilai aktiva lancar, misalnya karena ada piutang usaha yang tidak terbayar atau pun nilai inventory yang turun karena harganya anjlok dan sebagainya.
  • Perusahaan punya kemampuan membayar utang-utang lancarnya tepat waktu.
  • Memungkinkan tersedianya pasokan yang cukup dalam hal menjamin tingginya permintaan pelanggan terhadap produk.
  • Memberi keuntungan lebih pada perusahaan karena mampu membeli barang secara tunai, terutama keuntungan potongan harga bahan baku dari pembayaran tunai tersebut.
  • Indikasi perusahaan memiliki credit standing yang baik dan mampu mengatasi persoalan yang tak terduga seperti kerusakan, pencurian, kebakaran dan lainnya.
  • Perusahaan leluasa memberikan syarat kredit menguntungkan pada pelanggannya.
  • Diharapkan perusahaan dapat tetap beroperasi dalam masa-masa resesi atau depresi.
  • Memungkinkan perusahaan menjalankan bisnisnya dengan lebih efisien karena bebas dari kesulitan mendapatkan jasa, bahan baku dan suplai yang dibutuhkan.
Itulah beberapa tujuan bila modal kerja cukup dan proporsional rasionya. Jika kurang, maka kemungkinan kelebihan-kelebihan di atas tidak bisa dimiliki perusahaan. Dan pasti efeknya pada operasional juga lumayan. Baca juga : Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas dalam Investasi Saham

Analisis Working Capital To Total Asset Ratio

Untuk bisa mengetahui bagaimana cara meningkatkan rasio WCTA ini, maka sebaiknya kita tau dulu dari mana sih sumber-sumber modal kerja tersebut. Nah, bila kita sudah tau sumbernya, maka barulah bisa memutuskan pos-pos mana yang harus dimaksimalkan untuk menaikkan nilai rasio ini. Dan berikut adalah di antara sumbernya:
  1. Penjualan atau pendapatan bersih dari hasil operasi.
  2. Keuntungan dari aktifitas investasi jangka pendek berupa penjualan surat-surat berharga.
  3. Melakukan penjualan obligasi.
  4. Bagi perusahaan terbuka, di antaranya melakukan right issues (menjual saham baru) untuk memperoleh modal tambahan.
  5. Penjualan obligasi
  6. Penjualan aktiva tetap yang dianggap tidak maksimal lagi penggunaannya maupun yang masih layak tapi diinginkan peningkatan grade dan kualifikasinya.
  7. Dana hibah dari pribadi maupun lembaga, seperti pemerintah yang memiliki kepentingan pada keberhasilan perusahaan.
Selain itu, mengurangi utang jangka pendek yang tidak efektif pemanfaatannya juga bisa jadi solusi yang baik meningkatkan porsi modal kerja. Nah, bila sudah paham apa saja sumber modal kerja dalam bisnis, selanjutnya untuk meningkatkannya, maka pihak manajemen harus bisa melakukan analisis mendalam mana saja yang harus diusahakan peningkatannya. Contoh, jika ingin meningkatkan pendapatan bersih maka manajemen sebaiknya mengevaluasi kembali strategi marketing yang dilakukan agar penjualan yang dilakukan bisa lebih maksimal. Di samping itu, mengoptimalkan kualitas produk juga bisa jadi solusinya. Hal ini bisa dengan memberikan fitur atau keunggulan tambahan agar pelanggan lebih tertarik, atau pun menurunkan harga produknya dari usaha mengurangi penggunaan bahan bagu yang kurang efisien, namun tetap memperhatikan kualitas. Atau dalam contoh lain, dari strategi pendanaan perusahaan terbuka di BEI. Misalnya, saat bursa saham lagi uptrend dan banyak sentimen positif yang mendongkrak saham perusahaan dan juga IHSG, maka di saat bersamaan perusahaan boleh saja menawarkan right issues untuk memperoleh dana segar sebagai modal kerjanya.interpretasi working capital to total assets Hanya saja, untuk yang terakhir disebut, perusahaan sebaiknya mengkaji dengan baik efek dari aksi korporasinya. Bila ternyata belum terlalu dibutuhkan melakukan right issues dan belum ada rencana pendanaan penting, maka sebaiknya jangan dilakukan. Karena, hal tersebut bisa berdampak pada penilaian buruk dari para investor yang bisa berujung pada penurunan harga sahamnya. Jika semua masalah-masalah seperti di atas bisa dipahami dengan baik, maka tentu perusahaan bisa saja meningkatkan working capitalnya dari waktu ke waktu tanpa harus menimbulkan efek resiko bisnis yang lainnya. Baca juga : 35 Rasio Keuangan Terlengkap

Rumus Dan Contoh Soal Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aset (WCTA)

Khusus untuk rumus Working Capital sudah disebutkan di atas. Sekarang kita langsung dengan rasio WCTA nya.
WCTA = Working Capital / Total Assets
Atau
MKTA = Modal Kerja / Total Aktiva
Baca lagi di awal artikel ini bagaimana menghitung modal kerja. Mengenai total aktiva maka dalam laporan keuangan perusahaan selalu diletakkan di laporan aset atau bagian dalam balance sheet. Jika dikatakan total, maka itu artinya semua bagian dari aktiva yang dihitung, mulai dari kas dan setara kas hingga pajak dibayar di muka dan goodwill yang tercatat. Atau simpelnya, aset lancar + aset tidak lancar maka itulah total dari aset. Adapun utang lancar, biasanya letaknya di halaman setelah laporan aset, yaitu di halaman Liabilitas dan Ekuitas. Nah, Liabilitas inilah yang dimaksud dengan utang. Dan ini juga terbagi dua, yaitu liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang. Dan yang kita hitung dalam rumus modal kerja tersebut adalah dari liabilitas jangka pendek. Sudah jelas kan pengertian dari masing-masing bagian laporan keuangan tersebut? Selnjutnya, mari kita membuat contoh rasio WCTA nya. Kebetulan sekali, kali ini kita akan menggunakan contoh real dari laporan keuangan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. dengan kode saham ADHI. Ini adalah salah satu perusahaan BUMN, atau istilahnya ‘plat merah’. Adapun bidang usahanya pada sektor konstruksi. Sekarang mari mulai menghitung rasionya! Diketahui, Pada tanggal 16 April 2018, tepatnya untuk laporan keuangan triwulan/kuartal I 2018, ADHI merilis laporan keuangan terbarunya melalui situs BEI, IDX.CO.ID. (Baca: Cara Download Laporan Keuangan Perusahaan Terbuka di BEI) Dan disebutkan, Aktiva/Aset Lancar ADHI adalah Rp23.660.083.311.895 (Rp23,6 triliun lebih), sedang Total Aset nya sebesar Rp27.254.456.843.620. Adapun liabilitas atau utang jangka pendeknya sebesar Rp16.780.918.891.266. Pertanyaannya, Berapkah nilai rasio Working Capital to Total Assets ADHI per kuartal 1 2018? Jawaban:
= (Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar) / Total Aktiva = (Rp23.660.083.311.895 – Rp16.780.918.891.266) / Rp27.254.456.843.620 = 6.879.164.420.629 / Rp27.254.456.843.620 = 0,25 kali atau 25,24%
Jadi, setelah dihitung menggunakan file excel, maka didapatkan hasil rasio WCTA ADHI sebesar 0,25 kali. Cara membacanya, berarti modal kerja ADHI terhadap total aset yang ia miliki hanya 25% lebih saja atau setiap 1 rupiah aset yang dimiliki ADHI di dalamnya terdapat o,25 modal kerja di dalamnya. Lalu, bagaimana menilai rasio Working Capital to Total Assets yang baik atau berapa rasio WCTA yang dianggap bagus oleh para analis? Jadi biar saya kasi bocoran sedikit isi dalam keterangan tiap rasio dalam Kalkulator Saham Excel yang sudah saya buat (tools terlengkap, berisi analisis growth, trend, dan 35 rasio keuangan yang semua OTOMATIS menghitung). Menurut Lakshan dari Universitas Kelaniya di Sri Lanka, bahwa standar ukuran WCTA yang bagus (menurut hasil penelitiannya) adalah 16%-21%. Inilah nilai yang dianggap moderat. Sedang antara 21%-40% adalah di atas dari standar, hanya masih bisa ditoleransi. Dan bila lebih dari 40%, maka beliau mengungkapkan bahwa angka rasio tersebut dinilai telalu berlebih dan bisa memberikan efek yang kurang baik pada kinerja perusahaan pada periode selanjutnya. Dan yang patut diwaspadai, jika berada di level -8% dan lebih rendah dari ini. Hasil riset beliau menyebutkan keadaan tersebut adalah potensi kebangkrutan.
Dan kalau menurut salah seorang ahli, Martono dan Harjito (2002:74), bahwa keputusan soal porsi net working capital bisa berefek langsung pada tingkat laba, risiko, dan harga saham perusahaan itu sendiri.
Di kesempatan selanjutnya, penulis akan membahas rasio keuangan lainnya, seperti inventory turnover, inventory to net working capital, receivable turnover, rasio leverage, time interest earned ratio dan lain sebagainya. Tentunya ini baik buat yang punya tugas kuliah berupa makalah atau skripsi. Betul kan? Baca juga : Komponen Rasio ROA (Return on Assets) So, apakah masih ada penjelasan yang kurang mengenai analisis – interpretasi working capital to total assets ratio (WCTA)? atau kah mungkin rumus dan contoh soal rasio modal kerja terhadap total aset? Silahkan dibaca dengan baik dulu artikelnya. Bila masih kurang jelas, silahkan berdiskusi via komentar!
Share this

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: