Dalam beberapa tahun terakhir, pasar e-commerce Indonesia mengalami gelombang perubahan besar dengan masuknya platform e-commerce asal Tiongkok, Temu. Dengan model bisnis direct-to-consumer (D2C) dan strategi harga ultra-murah, Temu telah mengguncang industri perdagangan digital global, termasuk di Indonesia. Meskipun menawarkan berbagai keuntungan bagi konsumen, kehadiran Temu juga membawa dampak serius bagi UMKM lokal, rantai pasok tradisional, serta keberlanjutan ekonomi digital Indonesia. Bahkan, muncul kabar bahwa Temu tengah merencanakan akuisisi Bukalapak sebagai langkah strategis untuk masuk ke pasar Indonesia secara legal.
Bagaimana sebenarnya Temu beroperasi, mengapa platform ini menjadi ancaman serius bagi UMKM, serta bagaimana upaya pemerintah dan pemain lokal dalam menghadapi dominasi e-commerce global ini? Artikel ini akan mengupas secara mendalam fenomena Temu dan dampaknya terhadap ekosistem bisnis di Indonesia.
Apa Itu Aplikasi Temu?
Temu adalah platform e-commerce yang diluncurkan pada September 2022 dan dimiliki oleh PDD Holdings, perusahaan yang juga mengelola Pinduoduo, salah satu marketplace terbesar di Tiongkok. Tidak seperti e-commerce konvensional yang menghubungkan penjual dengan pembeli, Temu menerapkan model direct-to-consumer (D2C), di mana produsen menjual langsung ke konsumen tanpa perantara seperti distributor, agen, atau reseller.
Strategi ini memungkinkan harga produk di Temu menjadi jauh lebih murah dibandingkan di platform e-commerce lainnya, karena rantai distribusi yang lebih pendek dan efisiensi dalam biaya produksi serta logistik.
Keunggulan Temu Dibandingkan E-Commerce Lainnya
Keberhasilan Temu di berbagai pasar global, termasuk Amerika Serikat dan Eropa, tidak lepas dari berbagai keunggulan berikut:

Harga produk yang sangat murah
Dengan memangkas jalur distribusi dan langsung menjual dari pabrik ke konsumen, harga produk di Temu bisa lebih rendah hingga 50-90% dibandingkan marketplace lain seperti Shopee dan Tokopedia.
Produk beragam dan lengkap
Temu menawarkan hampir semua kategori produk, mulai dari fashion, elektronik, perlengkapan rumah tangga, kecantikan, hingga alat kesehatan, yang semuanya bisa dibeli dengan harga sangat terjangkau.
Model direct-to-consumer (D2C) yang efisien
Temu menghilangkan peran distributor dan reseller, membuatnya lebih kompetitif dibandingkan e-commerce tradisional seperti Shopee dan Lazada, yang masih bergantung pada penjual pihak ketiga.
Algoritma yang menyesuaikan preferensi konsumen
Menggunakan AI dan data analytics, Temu menawarkan pengalaman belanja yang personal dengan menampilkan produk berdasarkan kebiasaan dan preferensi pengguna.
Strategi promosi agresif
Untuk menarik lebih banyak pengguna, Temu menawarkan diskon besar, gratis ongkir, serta cashback, bahkan untuk pembelian pertama.
Temu: Pembunuh UMKM Indonesia?
Meskipun menghadirkan harga murah dan kemudahan bagi konsumen, kehadiran Temu menimbulkan dampak serius bagi UMKM dan pelaku usaha lokal di Indonesia.
Persaingan harga yang tidak seimbang
UMKM lokal tidak bisa bersaing dengan harga produk di Temu, yang berasal langsung dari pabrik-pabrik di Tiongkok dengan biaya produksi yang jauh lebih rendah.
Hilangnya distributor dan reseller lokal
Model bisnis D2C menghilangkan peran grosir, distributor, dan reseller, yang selama ini menjadi bagian dari ekosistem bisnis di Indonesia.
Potensi predatory pricing
Temu diduga menerapkan strategi predatory pricing, yaitu menjual produk dengan harga di bawah pasar untuk menguasai ekosistem e-commerce lokal. Jika pesaing lokal sudah tersingkir, harga produk di Temu bisa saja naik kembali.
Persoalan regulasi dan bea masuk
Banyak produk di Temu dikirim langsung dari luar negeri, sering kali tanpa dikenakan bea masuk yang semestinya. Ini membuat persaingan menjadi semakin tidak adil bagi penjual lokal.
Strategi Ekspansi: Temu Berencana Akuisisi Bukalapak?
Untuk memperkuat posisinya di Indonesia, beredar kabar bahwa Temu tengah bernegosiasi untuk mengakuisisi Bukalapak, salah satu marketplace terbesar di Indonesia yang belakangan ini mengalami kesulitan bisnis.

Lonjakan saham Bukalapak
Setelah rumor akuisisi beredar, saham Bukalapak melonjak 30% ke level Rp153 per saham, mengindikasikan ketertarikan pasar terhadap potensi kesepakatan ini.
Reaksi pemerintah
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyatakan bahwa pemerintah keberatan jika Temu mengakuisisi Bukalapak, karena dapat semakin mengancam keberlangsungan UMKM.
Menggunakan infrastruktur Bukalapak
Dengan mengakuisisi Bukalapak, Temu bisa mendapatkan jaringan distribusi lokal yang sudah mapan, sehingga bisa beroperasi lebih mudah di Indonesia tanpa harus menghadapi regulasi ketat yang sebelumnya menghambat ekspansinya.
Tanggapan Pemerintah Indonesia: Pemblokiran Temu
Menyadari ancaman yang ditimbulkan oleh Temu terhadap UMKM dan ekonomi digital lokal, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah memblokir akses aplikasi Temu di Indonesia.
Langkah ini diambil karena Temu belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) di Indonesia, serta dikhawatirkan mematikan bisnis lokal melalui praktik predatory pricing.
Selain itu, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) juga menyuarakan kekhawatiran bahwa kehadiran Temu dapat menciptakan monopoli dan merugikan industri e-commerce lokal.
Strategi UMKM untuk Bertahan dari Gempuran Temu
Agar tetap bisa bersaing dan bertahan dari ancaman Temu, UMKM Indonesia perlu menerapkan beberapa strategi berikut:
Meningkatkan diferensiasi produk
UMKM harus fokus pada keunikan produk lokal, seperti handmade, produk organik, atau barang dengan nilai budaya tinggi, yang tidak bisa ditawarkan oleh Temu.
Memanfaatkan e-commerce lokal
UMKM perlu memperkuat keberadaan mereka di platform e-commerce lokal seperti Tokopedia, Shopee, dan Blibli, serta memanfaatkan media sosial untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.
Memanfaatkan dukungan pemerintah
Pemerintah sudah mulai menyediakan berbagai insentif bagi UMKM, termasuk subsidi logistik, pelatihan digital, dan regulasi perlindungan pasar lokal.
Menggunakan strategi pemasaran yang lebih kreatif
Membangun merek melalui storytelling, customer engagement, serta kolaborasi dengan influencer bisa membantu UMKM membedakan diri dari produk murah di Temu.
Apakah Temu Akan Mendominasi Pasar Indonesia?
Temu membawa gelombang baru dalam industri e-commerce global, tetapi bukan tanpa kontroversi. Dengan harga produk yang jauh lebih murah dan model bisnis D2C, platform ini memang menarik bagi konsumen, tetapi juga mengancam ekosistem bisnis lokal, khususnya UMKM.
Meskipun saat ini Temu menghadapi pemblokiran di Indonesia, strategi mereka untuk mengakuisisi Bukalapak bisa menjadi langkah cerdas untuk masuk ke pasar secara legal. Jika langkah ini berhasil, maka peta persaingan e-commerce di Indonesia akan berubah drastis.
Kini, pertanyaannya bukan lagi apakah Temu akan masuk ke Indonesia, tetapi bagaimana cara Indonesia menghadapi Temu—apakah dengan regulasi ketat, dukungan lebih kuat untuk UMKM, atau justru membiarkan pasar menentukan nasibnya sendiri? Hanya waktu yang bisa menjawab.